> >

Suara Parau dan Tangis Tertahan Pendeta Jack Manuputty untuk Buya Syafii Maarif

Peristiwa | 28 Mei 2022, 19:27 WIB
Pendeta Jacky Manuputty dalam sebuah kesempatan. Ia saat takziyah virtual di malam Buya Syafii Maarif pergi tak kuasa menahan air mata dan suaranya parau. (Sumber: BBC)

“Dan hari ini semoga dari seluruh harapan dan doa-doa Buya bagi bangsa ini, kita semua bisa berjalan pada langkah yang ditinggalkannya," tambahnya. 

"Mari saling mengasihi, saling peduli, apa pun latar belakang kita dengan inspirasi oleh kedalaman iman agama kita masing-masing dan kita menjadi satu sebagai pilar-pilar yang kokoh, penjaga nurani bangsa ini, menjaga bangsa ini,” pungkasnya.

PP Muhammmadiyah selama tiga hari ini akan membuat takziah virtual mengenang Buya Syafii Maarif dan dimulai pada hari Sabtu (28/5) sampai hari Senin depan. 

Baca Juga: Gus Mus Mengenang Buya Syafii Maarif: Beliau adalah Waliyullah

Usul Dijadikan Pahlawan Nasional

Sebelumnya seperti diberitakan KOMPAS.TV, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Gomar Gultom mengusulkan agar mendiang mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

PGI juga mengusulkan agar Indonesia mengibarkan bendera setengah tiang guna mengenang sosok Buya Syafii Maarif yang meninggal dunia pada Jumat (27/5) karena henti jantung setelah dirawat di RS PKU Muhammadiyah, Gamping, Sleman, DIY.

"Saya memohon Presiden untuk mengajak seluruh masyarakat mengibarkan bendera setengah tiang sebagai penghormatan kepada beliau dan kiranya tak berlebihan bila saya juga mengusulkan agar kepada beliau, pada waktunya kelak, dianugerahi pahlawan nasional," kata Gomar Gultom di Yogyakarta, Jumat (27/5), dikutip dari Antara

Gomar Gultom pun cerita, ia ikut melayat jenazah Buya Syafii ke Masjid Gede Kauman Yogyakarta. 

"Saya melayat untuk memberikan penghormatan terakhir sebagai wujud kebersamaan sekaligus menyatakan turut sepenanggungan dengan keluarga Buya Maarif dan umat Islam yang cinta damai," kata Gomar.

Menurut Gomar, ketokohan, pemikiran, dan perjuangan Buya Syafii segaris dengan perjuangan gereja-gereja di Indonesia untuk mendorong kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini.

"Kita semua kehilangan Syafii Maarif, panggilan akrab 'Buya Syafii', yang bukan hanya seorang tokoh pluralis dan nasionalis, melainkan lebih merupakan guru dan bapak bangsa, yang banyak menyumbang gagasan untuk mencerdaskan bangsa," ungkap Gomar.

 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU