Mengenal Fenomena Rashdul Qiblah, Saat Matahari Melintas Tepat di Atas Ka bah
Agama | 25 Mei 2022, 09:23 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Matahari akan kembali melintas tepat di atas Ka’bah pada tahun ini. Fenomena ini dikenal dengan istilah istiwa a’zham atau Rashdul Qiblah.
Pada tahun ini, Rashdul Qiblah ini terjadi pada 27 dan 28 Mei 2022 pukul 16.18 WIB atau 17.18 WITA.
Fenomena Rashdul Qiblah merupakan peristiwa ketika matahari berada di atas Ka’bah sehingga bayangan benda yang terkena sinar akan menunjukkan arah kiblat.
Hal ini yang membedakan dengan hari-hari biasa, ketika matahari juga melintas di atas ka’bah, tapi bedanya ketika fenomena ini matahari tepat berada di atas ka’bah secara presisi, atau bisa dikatakan mencapai titik 90 derajat.
Untuk itulah, Fenomena Rashdul Qiblah ini bisa dimanfaatkan untuk memverifikasi arah kiblat. Kejadian serupa juga terjadi pada tahun lalu, yakni pada 14-16 Juli 2021.
Kemenag Anjurkan Cek Kiblat
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama, Adib, menjelaskan soal fenomena Rasdhul Qiblah ini yang bisa dimanfaatkan umat Islam.
Menurutnya, Rasdhul Qiblah ini terjadi ketika matahari melintas di atas Ka’bah, saat bayangan semua benda yang terkena sinar matahari akan menunjuk lurus ke arah kiblat.
“Rashdul qiblah bisa dimanfaatkan untuk memverifikasi arah kiblat. Peristiwa alam ini terjadi pada 27 dan 28 Mei 2022 pukul 16.18 WIB atau 17.18 WITA. Bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus, di mana saja, akan mengarah lurus ke Ka’bah,” terang Adib di Jakarta, dikutip dari Kemenag selasa (24/5/2022).
Baca Juga: Data Jemaah Haji 2022 Telah Dirilis, Kemenag Imbau Masyarakat Segera Verifikasi
Ia pun menjelaskan, ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam proses verifikasi arah kiblat.
Salah satunya caranya, misalnya, dengan menjadikan sebuah benda jadi patokan untuk melihat arah kiblat lewat pantulan sinar matahari.
Namun, menurutnya, benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus.
Caranya, dengan meletakkan benda itu tepat di atas matahari dan melihat arah kemungkinan ka'bah dari situ.
“Selain itu, permukaan dasar harus betul-betul datar dan rata, serta jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI, atau Telkom. Bisa juga menggunakan jam digital di ponsel masing-masing,” ungkapnya.
Ia pun menjelaskan, untuk itulah, umat Islam bisa melakukan verifikasi ulang atau mengecek ulang kiblatnya di fenomena alam ini.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV