Politikus Demokrat Desak Pemerintah Kaji Ulang Penyaluran Subsidi Biodiesel di BPDPKS
Politik | 28 April 2022, 02:00 WIBSebab, sejumlah petani yang tergabung dalam Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) menilai BPDPKS masih memprioritaskan konglomerat sawit, mengabaikan petani sawit, dan tidak berkontribusi pada percepatan sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).
Hal itu terungkap dalam catatan akhir tahun 2021 yang disampaikan BPDPKS pada Selasa, 28 Desember 2021, di mana lembaga tersebut menggelontorkan dana subsidi biodiesel Rp110,05 triliun selama periode 2015-2021.
Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa sejak awal berdiri tahun 2015 hingga 2021 BPDPKS sudah menghimpun dana sebesar Rp137,283 triliun.
Baca Juga: Wilmar Diduga Terlibat Kasus Mafia Minyak Goreng, Pemerintah Didesak Setop Subsidi Biodiesel
Dana tersebut kemudian disalurkan melalui beberapa program, di antaranya sebesar Rp110,05 triliun (80,16 persen) untuk subsidi biodiesel periode 2015-2021, sebesar Rp6,59 triliun (4,8%) untuk program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) pada 2015-2021, sebesar Rp389,3 miliar untuk program penelitian dan pengembangan selama 2015-2021.
Selain itu, sebanyak Rp199,01 miliar untuk program pengembangan SDM sepanjang 2015-2021, sebanyak Rp21,1 Miliar untuk program Sarana dan Prasarana pada 2021, dan sebesar Rp318,5 miliar untuk program promosi, advokasi, dan kemitraan sawit pada 2015-2021.
Baca Juga: CPO Masih dapat Diekspor, Pengusaha Harus Tetap Beli Harga Sawit dengan Wajar
"Dari data-data program BPDPKS sudah jelas kalau mereka itu lebih mementingkan korporasi ketimbang kesejahteraan petani sawit. Sehingga BPK harus melakukan audit BPDPKS dalam waktu dekat agar indikasi kebusukan di dalam lembaga itu diketahui publik secara terang benerang," kata Suhardi.
Penulis : Fadel Prayoga Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV