> >

Pancingan dan Fakta Baru Teror "Klitih" di Yogya

Aiman | 12 April 2022, 06:05 WIB
AIMAN - Pancingan dan Fakta Baru Teror Klitih di Yogya (Sumber: KOMPAS TV)

Baca Juga: Soal Pelaku Klitih, Sri Sultan: Kalau Orangtuanya Sudah Tak Mau Menerimanya Lagi, Kita Rawat

Fakta Baru dari Lapangan

Saya mencoba untuk mewawancarai saksi mata utama di Warmindo (warung Mi Instan) di Jalan Gedongkuning, Banguntapan, Yogyakarta. Di sana saya menemukan saksi utama penjual warmindo yang pada saat kejadian dialah yang menjaga.

Saya berbincang dengannya. Opal namanya. Ia mengatakan kepada saya di program AIMAN, bahwa ada 1 motor berisi 3 orang berboncengan, mem-blayer gas motor. Yang membuat 5 motor korban mengejar pelaku.

Namun tak berselang lama, 3 motor korban kembali. Artinya hanya tersisa 2 motor yang melakukan pengejaran.

Belakangan 2 motor ini memberi kabar, bahwa 1 temannya terluka parah (Daffa). Barulah ketiga motor tadi kembali menyusul 2 Motor rekan lainnya.

Fakta yang saya dapatkan adalah, ada pancingan sebelum kejadian, berupa bleyer gas motor.

"Pancingan" Jadi Modus Baru "Klitiih"?

Saya juga mewawancarai Ayah dari salah seorang Korban Klitih di Yogya. Purnomo namanya.

Ia juga menceritakan bahwa anaknya yang sampai kini tidak bisa menulis tangan, karena terluka dengan senjata tajam oleh pelaku Klitih pada dini hari di Jalan Kaliurang, yang total semuanya berjumlah sekitar 40 orang dengan 20 motor.

Para pelaku, menurut Purnomo, melakukan pancingan terlebih dahulu dengan melempar botol. Dilakukan hanya oleh 1 motor, lalu seketika puluhan motor lainnya tiba, dan melakukan kekerasan kepada anaknya.

Ada pula seorang petugas keamanan yang merupakan bagian dari kelompok silat Pagar Nusa, Yogyakarta. Muhammad Ilham.

Ia bersama pihak kepolisian melakukan razia dini hari pekan lalu. Sejumlah kasus ia temui, lagi - lagi soal pancingan yang ia dapatkan. 

Namun, kali ini menggunakan pedang yang digesekkan di jalan hingga memunculkan api. Dilakukan hanya pada 1 atau 2 motor dan memancing kelompok dengan jumlah yang lebih besar.

Baru setelah kelompok lebih besar itu melawan, kawan-kawan pelaku lainnya baru muncul, bisa puluhan dan melakukan tindakan kekerasan alias "klitih" kepada kelompok korban yang dipancing sebelumnya.

Para pelaku melakukan aksi klitih yakni penyerangan membabi-buta, dengan target acak, dan dilakukan pada jam ganjil alias dini hari.

Pakar: "Klitih" Bila Terus Berlanjut Bisa Berbahaya untuk Negara

Sosiolog Kriminal Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta Wahyu Kustiningsih kepada saya mengungkapkan, klitih dalam konotasi negatif di Yogyakarta nyata adanya. Mereka betul melakukan pada target acak dan jam dini hari. 

Bahkan Wahyu mengatakan jika terus berlangsung, bisa jadi akan digunakan oleh sekelompok orang untuk kepentingan tertentu hingga bisa memecah belah bangsa.

"Sangat mungkin bisa digunakan kelompok tertentu, untuk digunakan sebagai alat untuk kepentingannya" ungkap Wahyu kepada saya di Program AIMAN.

Pertanyaannya sampai kapan ini akan berhenti. Patut disadari, "klitih" bukan sekadar kenakalan remaja, tapi ia sudah menjelma menjadi kejahatan warga negara.

Hentikan!

Negara dan perangkatnya memiliki kemampuan intelijen untuk menyetopnya. Apalagi bila bekerja sama dengan warga yang dilakukan secara berkala.

Saya Aiman Witjaksono...
Salam!

Penulis : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU