Bakal Jadi Simbol Indonesia dalam Eksplorasi Planet Mars, VMARS Dibangun di Yogyakarta Akhir 2022
Sosial | 10 April 2022, 17:04 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Pegiat space science, Venzha Christ, memulai proses pembangunan v.u.f.o.c Mars Analog Research Station (VMARS) di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta pada akhir 2022.
VMARS adalah wahana misi pelatihan hidup di Planet Mars atau analog Mars.
Menurut Venzha, yang juga menjabat direktur Indonesia Space Science Society (ISSS), pandemi Covid-19 membuat pembangunan VMARS terhenti selama dua tahun.
Oleh karena itu, ia menargetkan proyek simulasi pada pertengahan 2023 seiring dengan dimulainya pembangunan pada akhir tahun ini.
“Wahana misi pelatihan hidup di Planet Mars atau analog Mars pertama di Asia Tenggara ini bakal menjadi simbol Indonesia dalam eksplorasi Planet Mars,” ujarnya, Minggu (10/4/2022).
Baca Juga: VMARS, Bukti Indonesia Ikut dalam Eksplorasi Mars
Ia menyebutkan sejumlah negara juga sudah memiliki analog Mars, seperti, HI-SEAS di Mauna Loa - Hawaii oleh NASA, MDRS di Utah oleh Mars Society, MARS-500 di IBMP Moskow hasil kolaborasi antara Rusia, ESA, dan China.
D-Mars di Ramon Crater oleh Israel, F-MARS di Pulau Devon, Kutub Utara oleh Mars Society, dan Concordia Station di Antartika, dan Kutub Selatan oleh Perancis dan Italia (ESA).
Venzha menilai VMARS merupakan satu-satunya program eksplorasi ruang angkasa yang pembangunan dan pengelolaannya dilakukan dan dijalankan secara bersama-sama oleh berbagai komunitas interdisipliner.
Kolaborasi ini melibatkan unsur komunitas, universitas, pemerintah, praktisi, dan swasta.
Sederet program sosialisasi dan publikasi untuk praproduksi VMARS gencar dilakukan, seperti pameran dan presentasi di berbagai negara.
Setelah Yokohama Triennale di Jepang dan Bangkok Art Biennale pada 2020 dan 2021, kini giliran VMARS dipresentasikan dalam UNESCO Media Arts Creative City Platform di Korea Selatan pada Maret sampai Juni 2022.
Paparan soal VMARS dipamerkan dalam pameran internasional berskala besar di Gwangju, Korea Selatan bertajuk "Digital Resonance".
Pameran ini diikuti 22 karya dari 21 tim seniman atau komunitas dari seluruh dunia, seperti Lawrence Wreck, Baron Lantenne, Mark Lee, Rafael Lozano-Hammer, Park Sang Hwa, Akihiko Taniguchi, Doo-Young Kwon, Sasa Spacal, dan Andreas Schegel dengan kurator Seungah Lee dan Jyeong Yeon Kim.
VMARS merupakan satu-satunya karya yang berasal dari Indonesia dan diharapkan bisa membuka peluang untuk mengajak kolaborator dari berbagai negara turut serta bekerja sama dalam pengembangan teknologi interdisipliner di ranah sains antariksa dan eksplorasi luar angkasa.
Dalam pameran ini, VMARS mengusung tema kolaboratif, sebagai sebuah fondasi dasar untuk pembangunan dan realisasi dari program analog Mars.
Program utama VMARS tahap pertama meliputi, penelitian terraforming (V-TF), pengenalan space farming (V-SFM), dan kreasi alternatif space food (V-SF).
Baca Juga: Pencarian Exoplanet dan Alien Bukan Hal Baru, Ini Kata ISSS
Sedangkan turunannya berupa program lintas disiplin, antara lain riset radio astronomi, mengenal radiasi benda langit, pengenalan tentang space architecture, program kolaborasi space education, kreasi alternatif space food, inovasi teknologi space farming, serta penelitian extra-terrestrial life.
Karya yang diusung ini merupakan hasil kolaborasi dari Venzha Christ bersama ISSS, dengan HONF Foundation, v.u.f.o.c lab, DOES University, Erix Soekamti, Grayce Soba, dan Dhoni Yudhanto.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV