Pengaturan Lalu Lintas Jadi Evaluasi MotoGP Mandalika, Penonton: Anggap Saja Latihan Tawaf di Mekkah
Peristiwa | 22 Maret 2022, 22:49 WIBMANDALIKA, KOMPAS.TV – MotoGP Mandalika 2022 baru saja usai. Meski perhelatan akbar itu dinilai sukses besar, pengaturan lalu lintas dan parkir disebut menjadi salah satu poin evaluasi utama.
Pemerintah melalui Kantor Staf Presiden segera mengevaluasi event MotoGP pada 18 – 20 Maret lalu itu. Lantaran, sirkuit di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat itu harus bersiap menggelar ajang balap dunia berikutnya, World Superbike (WSBK), pada November mendatang.
"KSP akan segera melakukan evaluasi mendalam terkait MotoGP sebagai persiapan untuk World Superbike di akhir tahun 2022," kata Deputi I Kepala Staf Kepresidenan RI Febry Calvin Tetelepta dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (22/3/2022), dikutip dari Antara.
Menurut Febry, beberapa hal yang perlu dievaluasi dari penyelenggaraan MotoGP Mandalika di antaranya adalah manajemen parkir, infrastruktur luar kawasan, hingga pemetaan peranti pendukung sarana prasarana sirkuit.
Baca Juga: Cerita Unik Usai MotoGP Mandalika, Franco Morbidelli Mendadak Pinjam Motor Polisi, Ada Apa?
Dalam hal pengelolaan parkir, Febry mengatakan ketersediaan bus antar jemput penonton dari dan menuju area parkir ke sirkuit perlu mendapatkan perhatian agar tidak terjadi penumpukan.
Pasalnya, pada hari terakhir perhelatan akbar itu, Minggu (20/3), usai laga MotoGP berakhir, ribuan penonton yang hendak kembali ke area parkir, telantar.
Shuttle bus yang sedianya menjemput mereka kembali ke area parkir, tak kunjung datang. Banyak yang harus menanti selama tiga jam hingga keleleran. Banyak yang kemudian memutuskan untuk berjalan kaki dari sirkuit menuju area parkir yang jaraknya lumayan jauh itu.
Penumpukan kendaraan mulai dari motor, mobil pribadi, shuttle bus hingga truk Brimob yang saat itu turun tangan membantu mengangkut penonton, terjebak kemacetan parah hingga Minggu (20/3) tengah malam.
Banyak penonton yang marah, mencak-mencak karena merasa ditelantarkan panitia. Banyak yang kecewa karena sudah datang jauh-jauh dari luar daerah, merasakan pelayanan yang tak seperti harapan.
Tetapi, tak sedikit pula yang berupaya mengambil hikmah positif dari pengalaman menonton gelaran akbar yang jadi angin segar bagi pariwisata Lombok yang terpuruk akibat pandemi itu.
“Iya, kita memang komplain, tapi ya tetap senang,” ujar Husnawarah (40), seorang warga Mataram saat ditemui KOMPAS.TV pada Senin (21/3).
“Ini kan juga berkah buat kami orang-orang di Lombok, supaya pariwisata bangkit lagi,” imbuhnya.
Baca Juga: MotoGP Mandalika Usai, Sandiaga Sebut Nilai Ekonominya Tembus Rp500 Miliar
Ibu tiga anak ini datang menonton MotoGP bersama dua orang rekannya. Saat itu, ketiganya juga harus merasakan berjalan kaki ke area parkir lantaran menanti shuttle bus yang tak kunjung datang menjemput.
“Ada seorang ibu dari luar daerah yang jalan dekat kami. Dia juga capek, tapi tidak mengeluh. Dia bilang begini, 'Yah, anggap saja buat latihan jalan kaki, tawaf di Mekkah!'” ujarnya menceritakan pengalamannya.
“Untung pemandangannya bagus, jadi terhibur,” timpal Elfina (47), rekan Husnawarah, mengenang pengalamannya berjalan kaki ke area parkir sirkuit.
"Tapi ya tetap senang, bangga. Belum tentu lima tahun ke depan bisa merasakan seperti ini lagi," seloroh Husnawarah.
Baca Juga: Hujan Deras Bikin Race MotoGP Tertunda, Pawang Hujan: Saya Emosi karena Tak Dapat ID All Access
Kebanggaan menjadi bagian dari perhelatan akbar itu juga membuat Mindartini (47) melupakan penyakit autoimun yang dideritanya.
Sempat dirawat di tenda medis Sirkuit Mandalika selama beberapa jam pada hari terakhir MotoGP, perempuan asal Sumbawa Barat ini hanya sempat menonton 5 lap terakhir balapan MotoGP.
“Saya akhirnya bisa menonton 5 lap terakhir MotoGP. Rasanya bahagia bukan main. Senang, bangga, karena event ini digelar di daerah kita. Sampai menangis saya duduk di tribun,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Bagaimanapun, meski dinilai sukses besar, gelaran MotoGP Mandalika memang belum sempurna. Tetapi, bukan tak mungkin diperbaiki. Agar pada gelaran serupa mendatang, kita bisa sama-sama berbenah.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Antara