4 Fakta Varian Deltacron Gabungan Delta dan Omicron, Apakah Lebih Berbahaya?
Kesehatan | 11 Maret 2022, 12:51 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Gabungan varian Covid-19 Delta dan Omicron atau Deltacron saat ini tengah menjadi sorotan.
Sebelumnya, kelompok ilmuwan French Pasteur Institute Perancis mengklaim telah mengidentifikasi adanya infeksi dari gabungan Delta dan Omicron.
Ilmuwan-ilmuwan tersebut mengaku memiliki bukti yang kuat mengenai Deltacron ini.
Analisis data sekelompok ilmuwan tersebut menunjukkan adanya rekombinan atau gabungan yang diturunkan dari garis keturunan GK/AY.4 varian Delta, dan GRA/BA.1 varian Omicron.
Berikut fakta-fakta Deltacron dan bahayanya, dilansir dari berbagai sumber.
Baca Juga: Waduh! Muncul Varian Baru Covid-19 Deltacron Gabungan Omicron dan Delta, Ditemukan di Siprus
1. WHO buka suara
World Health Organization (WHO) mengonfirmasi mengenai adanya temuan Deltacron ini, namun dengan catatan pada tingkat deteksi yang sangat rendah.
Dalam briefing media hari Rabu (9/3/2022), pemimpin teknis WHO COVID-19 Dr. Maria Van Kerkhove mengatakan tentang potensi gabungan Delta dan Omicron.
"Kami belum melihat adanya perubahan epidemiologi dengan rekombinan ini. Kami belum melihat adanya perubahan tingkat keparahan. Tetapi ada banyak penelitian yang sedang berlangsung," ujar Kerkhove dilansir dari People.
Meski masih dideteksi dalam skala rendah, namun, Kerkhove tidak menutup kemungkinan akan terjadi dalam skala yang lebih besar.
"Sayangnya virus ini akan mengambil kesempatan untuk terus menyebar," ujarnya.
Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus juga menekankan hal yang sama selama pengarahan.
"Virus terus berkembang. Dan kami terus menghadapi hambatan besar dalam mendistribusikan vaksin, tes, dan perawatan di mana pun mereka membutuhkannya," kata Tedros.
2. Terdeteksi di Belanda, Prancis, Denmark
Dalam hal ini, WHO juga mengonfirmasi bahwa varian Deltacron telah terdeteksi di Prancis, Denmark dan Belanda.
"Genom hibrida menyimpan mutasi tanda tangan dari dua garis keturunan (Delta dan Omicron)," kata Philippe Colson dari IHU Méditerranée Infection.
Baca Juga: Waspada! Ini Gejala Omicron Siluman yang Paling Umum, Kasusnya Naik di Indonesia
Para peneliti telah mengidentifikasi 17 kasus yang dikonfirmasi di Eropa dan Amerika Serikat.
3. Tingkat Keparahan Deltacron
Mengenai tingkat keparahan varian baru Deltacron ini, ilmuwan masih harus meneliti lebih lanjut.
Studi IHU mencatat bahwa lebih banyak kasus Deltacron dapat membantu para peneliti secara efektif mendeteksi tingkat keparahan varian.
4. Apakah perlu khawatir?
Dengan penemuan varian baru Deltacron, para peneliti mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terlalu panik.
Pasalnya, para peneliti di Helix, laboratorium yang berkantor pusat di San Mateo, California, baru menemukan lebih dari 20 kasus positif COVID-19 yang mengandung bahan dari Delta dan Omicron.
Hal itu berdasarkan sampel yang diuji dari 22 November 2021 hingga 13 Februari 2022, seperti dilaporkan USA Today.
"Fakta bahwa tidak banyak, bahkan dua kasus yang kami lihat berbeda, menunjukkan bahwa itu mungkin tidak akan meningkat ke varian tingkat kekhawatiran," kata Kepala Kantor Sains Helix William Lee.
Ahli epidemiologi Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard TH Chan William Hanage juga mengatakan hal senada.
William untuk tidak perlu khawatir berlebihan karena Deltacron "tidak menyebabkan banyak kasus."
Penulis : Dian Nita Editor : Desy-Afrianti
Sumber : People, WHO