Sejumlah Pakar Herbal Bocorkan Tips Lawan Covid-19, Apa Saja?
Kesehatan | 4 Maret 2022, 04:40 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Pada 2 Maret 2022 lalu merupakan tepat dua tahun pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia. Hingga saat ini, tidak semua pasien Covid-19 menunjukkan gejala atau bahkan hanya bergejala ringan.
Suatu hal yang banyak ditemukan pada mereka yang terpapar varian Omicron yang belakangan menerjang berbagai daerah di Indonesia dan melonjakkan kembali kasus harian.
Seorang pakar herbal yang juga apoteker yakni Risa Umari Yuli Aliviyanti menjelaskan, dalam situasi pandemi yang belum diketahui kapan berakhirnya ini, setiap orang mau tak mau harus bisa menjaga kekuatan pertahanan tubuhnya agar tak mudah terpapar.
Menurutnya, di balik masih masifnya penyebaran virus Corona itu, untuk melawannya masyarakat juga diharap tidak terpaku hanya melihat dari penanganan sisi medis atau kesehatan saja.
Baca Juga: Berdayakan Petani Lokal, Obatan Herbal Siap Masuk Program JKN
"Kita juga perlu menilik dari sisi sosial-budaya guna membentuk kebiasaan-kebiasaan baru dalam menekan pandemi," kata Risa dalam diskusi virtual Strategi Memenangkan Pertempuran: Tinjauan Kesehatan dan Sosial Budaya dalam Penanganan Covid-19, Kamis (3/3/2022).
Pakar herbal lain dalam diskusi virtual itu, dokter Natalia, menjelaskan salah satu kebiasaan baru yang bisa dilakukan untuk melawan pandemi yakni dengan meningkatkan sistem imunitas tubuh.
"Meningkatkan sistem imun tubuh bisa menggunakan tanaman obat yang diolah menjadi obat herbal yang sudah terstandarisasi dan memiliki sertifikasi serta izin sesuai dengan aturan yang berlaku," sambung Natalia.
Selain itu, kata dia, sekarang ini masyarakat juga dimudahkan adanya layanan telemedicine sehingga bisa berkonsultasi dengan dokter di manapun dan kapanpun.
Ia pun mencontohkan ada banyak jenis herbal bermanfaat dan mudah didapatkan masyarakat.
"Misalnya saja tanaman kunyit yang bersifat anti oksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas selain memiliki sifat anti inflamasi untuk mengatasi peradangan," ungkap Natalia.
Sedangkan, pemerhati herbal Aries Ikawati Arifah menuturkan perlunya saling berkontribusi dalam mengedukasi masyarakat agar bisa memenangkan pertempuran melawan pandemi ini melalui tinjauan kesehatan dan sosial budaya.
"Perlu langkah terintegrasi untuk mengatasi pandemi ini, seperti layanan one stop solution terkait kesehatan, herbal dan teknologi untuk penerapannya," tambah Aries.
Baca Juga: 7 Bahan Herbal Pengobat Asam Urat yang Tersedia di Dapur
Ia mengungkapkan, penekanan upaya dalam mengintegrasikan warisan budaya nusantara dengan advanced technology sehingga menciptakan produk berdaya guna tinggi menjadi hal yang tak tabu dilakukan.
Arie mencontohkan adanya, fitur canggih Artificial Intelligence (AI) scan lidah untuk mendeteksi gejala pasien, telemedicine untuk berkonsultasi gratis dengan dokter tersertifikasi herbal dan peresepan obat herbal menuju personalized medicine dengan melihat kebutuhan spesifik konsumen.
Adapun dosen dan peneliti Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung Erna Herawati, S.Ant., MA., Ph.D mengungkapkan kesadaran perilaku masyarakat di masa pandemi perlu digugah sehingga bisa memiliki kebiasaan berperilaku sehat secara mandiri.
"Strategi budaya untuk mengubah perilaku itu diperlukan. Terkait dengan internalisasi norma-norma budaya, pemerintah sudah banyak melakukan himbauan dan kampanye untuk perubahan perilaku untuk menjalankan protokol kesehatan tetapi hal itu saja tidak cukup," ungkap Erna.
Baca Juga: Jahe dan Tanaman Herbal Ini Ternyata Ampuh Usir Nyamuk, Bagaimana Caranya?
Sebab itu, lanjut Erna, kebudayaan itu ada dua krakteristik, tidak mudah berubah dan dapat diubah atau dapat dikonstruksikan.
"Saatnya mulai mengedukasi dan memberikan contoh langsung untuk melakukan kebiasaan baik seperti hidup sehat dengan tradisi turun temurun seperti memanfaatkan tanaman obat," tandas dia.
Penulis : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV