> >

Penting! Begini Cara Bedakan antara Demam pada Covid-19 dan DBD

Kesehatan | 20 Februari 2022, 16:46 WIB
Ilustrasi demam (Sumber: pixabay.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Penderita Covid-19 dan demam berdarah dengue (DBD) terkadang memiliki gejala yang sama, yakni demam. Tapi, ada perbedaan demam pada keduanya.

Dokter spesialis penyakit dalam, Dr dr Erni Juwita Nelwan menjelaskan, ada perbedaan pola demam pada DBD dan Covid-19.

Dikutip dari leman kemkes.go.id, fase demam pada DBD terjadi akibat diremia, yakni karena adanya virus yang beredar di dalam darah.

Demam semacam ini, kata Erni, sulit diturunkan oleh obat. Sebab, penyebab demamnya terus berada di dalam darah sampai biasanya kurang lebih 3 hari.

"Jika pasien minum obat penurun panas, maka demam akan turun namun tidak lama kemudian demam akan naik lagi."

"Jadi demam pada demam berdarah itu sulit diturunkan dengan obat turun panas," ungkapnya.

Pasien DBD, lanjut Erni, akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat penurun panas tersebut.

"Dia berusaha menurunkan panas, tapi di satu sisi penyebab demamnya ada terus di dalam darah," kata Erni.

Baca Juga: Cegah DBD dengan Gerakan PSN dari Rumah ke Rumah

Hal yang berbeda terjadi pada pasien Covid-19. Demam pada pasien Covid-19 bisa disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan, seperti sesak napas, batuk, susah menelan, dan anosmia atau tidak mencium bau.

"Bedanya dengan Covid-19 adalah pada dengue pola demamnya mendadak dan langsung tinggi," ucapnya.

Seseorang yang terjangkit DBD juga melalui masa inkubasi selama 5 hingga 10 hari terlebih dahulu.

Saat masa inkubasi, virus sudah masuk ke dalam darah tapi belum menimbulkan gejala. Hingga jumlah virus cukup banyak dan beredar di dalam darah, kemudian menimbulkan penyakit atau demam.

Selain itu, pasien demam dengue biasanya mengalami sakit kepala yang khas yaitu sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata.

Bagi anak-anak, demam dengue biasanya terjadi akut mendadak dan muka mengalami merah khas, tapi pada Covid-19 gejala tidak membuat muka merah.

Senada dengan Erni, dilansir dari laman kemkes.go.id, dr Mulya Rahma Karyanti Sp.A(K) mengatakan, yang dominan pada demam dengue atau DBD adalah demam kemudian sakit kepala dan batuk pilek yang lebih ringan dibanding pada Covid-19.

"Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting, karena secara umum demam dengue itu infeksi terjadi di hari ke-3 sampai hari ke-6, itu masuk fase kritis yang bisa rawan di mana bisa meninggal kalau tidak diberikan cairan obat yang cukup," katanya.

Sementara, pada pasien Covid-19, keluhan yang dirasakan biasanya berupa demam selama 5 sampai 7 hari disertai batuk pilek yang lebih dominan dan makin tambah sesak.

Serta saturasi oksigennya menurun, yang dianggap berat untuk kasus Covid-19 pada anak.

Pada DBD, fase demam dimulai dari hari pertama sampai ketiga. Selanjutnya masuk fase kritis antara hari ke-3 sampai ke-6. Kemudian fase penyembuhan dari fase setelah hari ke-6.

"Pada fase demam ini anak demam tinggi dan biasanya menjadi malas minum."

"Sehingga yang harus diperhatikan adalah harus dipantau minumnya jangan sampai anak dehidrasi," ucapnya.

Baca Juga: Sejak Januari 2022, 23 Warga di Kabupaten Bulukumba Terjangkit DBD

Pada fase kritis di antara hari ke-3 sampai hari ke-6, terjadi kebocoran dari pembuluh darah yang bisa menyebabkan syok hipovolemik yang menyebabkan kan pembuluh darah bocor.

"Kalau cairan obat yang diberikan kurang maka kemungkinan akan menyebabkan kematian. Setelah hari ke-6 masuk ke fase penyembuhan," ungkapnya.

Sedangkan pada kasus Covid-19, demam terjadi pada minggu pertama. Kemudian, menjelang akhir minggu pertama, antara hari ke-5 sampai hari ke-7 mulai ada sejumlah gejala respiratorik seperti sesak, dan batuk pilek.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Tribun News


TERBARU