> >

Benarkah Stres Meningkatkan Risiko Serangan Jantung?

Kesehatan | 19 Februari 2022, 05:25 WIB
Ilustrasi stres. Stres jangka panjang atau stres yang terlalu sering dapat membahayakan tubuh, termasuk kondisi jantung. (Sumber: Pixabay/1388843)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Stres adalah kondisi yang umum dialami manusia. Bahkan, stres bukanlah sesuatu yang melulu berdampak buruk bagi tubuh.

Stres jangka pendek dapat memberi Anda energi untuk menyelesaikan pekerjaan. Itu juga membantu Anda mengambil keputusan mendesak dalam situasi genting.

Akan tetapi, stres jangka panjang atau stres yang terlalu sering dapat membahayakan tubuh, termasuk kondisi jantung.

Stres kronis dapat menimbulkan gejala seperti otot-otot tegang, merasa tidak punya energi, insomnia, sakit kepala, dan sakit perut.

Stres kronis juga bisa menyebabkan Anda merasa tidak bisa mengontrol emosi dan diterpa perubahan suasana hati (mood swing) terlalu sering.

Baca Juga: 8 Kebiasaan yang Bisa Memicu Serangan Jantung, Sering Stres hingga Duduk Terlalu Lama

Apabila dibiarkan terlalu lama, hormon-hormon stres dalam tubuh dapat memicu tekanan darah tinggi, meningkatnya peradangan, aliran darah ke jantung berkurang, hingga meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Bagaimana stres memengaruhi tubuh?

Sebagaimana disarikan Healthline, sejumlah studi menyimpulkan bahwa stres memengaruhi aktivitas bagian otak yang disebut amigdala. Amigdala berkaitan dengan respons stres dan dikenal sebagai “pusat ketakutan” otak.

Jika Anda sedang stres atau cemas, amigdala aktif dan mengirim gelombang hormon stres ke tubuh. Tubuh pun kemudian mengaktifkan respons stres.

Hormon stres juga mengurangi aliran darah ke jantung, sehingga nutrisi dan oksigen yang dikirim ke jantung lebih sedikit.

Penelitian membuktikan stres meningkatkan risiko serangan jantung

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU