UGM Sejak 2019 Sudah Usul NU-Muhammadiyah Dapat Nobel Perdamaian
Peristiwa | 16 Februari 2022, 14:22 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak tiga tahun lalu, yakni pada 2019 sudah mengusulkan secara resmi NU dan Muhammadiyah mendapatkan Nobel Perdamaian.
Gagasan NU-Muhammadiyah dapat nobel perdamaian ini mencuat kembali setelah Wakil Ketua DPR RI, Muhaimin Iskandar secara resmi mencalonkan NU-Muhammadiyah sebagai wakil Indonesia yang meraih nobel Perdamaian.
“Saya dengan ini akan secara resmi mengajukan nominasi NU-Muhammadiyah sebagai wakil Indonesia untuk penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2022 atau 2023. NU-Muhammadiyah layak memerima penghargaan Hadiah Nobel Perdamaiann pada 2022/2023,” kata Muhaimin dalam Konpers, Rabu (16/2/2022).
Rektor UGM, Prof.Ir. Panut Mulyono pada 2019 waktu itu mengatakan, NU dan Muhammadiyah telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam proses transisi dan konsolidasi demokrasi di Indonesia.
“UGM secara resmi akan menominasikan NU dan Muhammadiyah. Keduanya berkontribusi dalam proses pembanguan perdamaian di Indonesia dan dunia,” katanya dikutip dari situs resmi UGM.
Untuk merealisasikan hal itu, pada tahun 2019 tersebut, UGM mengundang beberapa pakar internasional terkait upaya untuk menjadikan NU-Muhammadiyah mendapatkan sorotan pihak Nobel.
UGM pada hari Jumat tanggal 25 Januari 2019 silam menggelar forum internasional “Islam Indonesia di Pentas Global: Inspirasi Damai Nusantara untuk Dunia” dan menghadirkan Robert W. Hefner, Indonesianis dan Guru Besar Antropologi Boston University.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor UGM juga menjelaskan terkait peran positif konsolidasi NU-Muhammadiyah dalam upaya membangun perdamaian melalui kiprahnya dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, filantropi, kebencanaan, sosial kemasyarakatan, serta demokrasi.
Panut lantas menyebutkan UGM selalu berkomitmen untuk turut serta mengembangkan dan merawat nilai perdamaian dan demokrasi di Indonesia dan dunia.
Oleh sebab itu, kata dia, UGM mendukung NU dan Muhammadiyah menjadi penerima nobel perdamaian.
Baca Juga: Muhaimin: NU dan PKB Tidak Bisa Dipisahkan sampai Kiamat
Alasan NU-Muhammadiyah Layak Dapat Nobel Perdamaian
Panut lantas menjelaskan, penghargaan nobel bagi NU-Muhammadiyah tersebut dinilai layak diberikan sebagai bentuk apresiasi kiprah kedua ormas tersebut di dunia. Sekaligus menyebarkan pesan Islam damai demokratis dan berkeadaban di seluruh dunia.
Saat ini, UGM melalui Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) tengah mempersiapkan dokumen untuk mengusulkan NU dan Muhammadiyah sebagai kandidat penerima nobel perdamaian.
Upaya ini juga dilakukan oleh Guru Besar Antropologi Boston University, Prof. Robert W. Henfer, yang telah terlebih dahulu mengajukan dokumen penghargaan nobel perdamaian untuk NU dan Muhammadiyah kepada panitia.
Kepala PSKP UGM, Najib Azca, menjelaskan pengajuan NU dan Muhammadiyah menjadi kandidat penerima nobel perdamaian karena keduanya dinilai memiliki peran penting dalam proses demokratisasi di Indonesia.
“Tidak hanya dalam mengembangkan argumen-argumen keagamaan yang selaras dengan nilai-nilai demokrasi dan penguatan masyarakat sipil saja. Namun, juga berperan aktif dalam proses pembangunan perdamaian di tingkat nasional dan internasional. Kedua ormas tersebut juga mampu mencerminkan Islam yang ramah dan dapat merawat kemajemukan di tanah air,” tutupnya.
Usulan Muhaimin Iskandar NU-Muhammadiyah Dapat Nobel Perdamaian
Seperti diberitakan KOMPAS TV, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengusulkan NU-Muhammadiyah untuk mendapatkan nobel perdamaian.
Bahkan, kata Wakil Ketua DPR RI tersebut, untuk merealisasikan hal tersebut, ia akan terbang langsung ke Norwegia untuk membahas usulan ini kepada komite Nobel.
“Saya akan mengusulkan kepada Parlemen dan Pemerintah Norwegia untuk menjadikan NU dan Muhammadiyah sebagai penerima Nobel Perdamaian Dunia karena dua organisasi ini telah terbukti merajut kemanusiaan, merajut kebersamaan, dan merajut perdamaian," kata Muhaimin dikutip dari Kompas.com pada Kamis (10/2/2022).
Per hari ini, Rabu (16/2/2021) Muhaimin Iskandar dalam keterangannya resmi mengusulkan dua organisasi penjaga negeri ini menjadi wakil Indonesia untuk dapat nobel perdamaian.
"Berkat NU-Muhammadiyah, Indonesia dapat menjadi contoh negara dengan penduduk muslim terbesar dan menjalankan sistem demokrasi dan negara yang stabil dan aman,” tuturnya.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV