> >

Minta Maaf Soal Data Pesantren Terafiliasi Terorisme, Kepala BNPT: Itu Individu, Bukan Lembaga

Peristiwa | 3 Februari 2022, 22:57 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar (Sumber: istimewa)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Komisaris Jenderal (Komjen) Boy Rafli Amar meminta maaf soal data BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) yang menyebut 198 pondok pesantren terafiliasi jaringan terorisme.

Kepala BNPT itu menjelaskan bahwa yang terafiliasi dengan terorisme adalah oknum dan bukan pondok pesantren secara lembaga.

Permintaan maaf disampaikan Boy Rafly usai bertemu dengan pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta, Kamis (3/2/2022).

Baca Juga: Jusuf Kalla Soal Pondok Pesantren Terpapar Terorisme: BNPT Jangan Hanya Keluarkan Isu

“Jadi terhadap penyebutan ponpes itu, saya selaku Kepala BNPT menyampaikan permohonan maaf dengan seluruh pimpinan MUI yang hadir dan kami sampaikan bahwa itu adalah oknum,” ujar Boy.

Boy menyampaikan, kunjungannya ke MUI memang berdiskusi terkait dengan data 198 pesantren yang sempat beredar di masyarakat.

Menurut  Boy, dirinya menyadari penyebutan nama 198 pondok pesantren tersebut melukai perasaan pengelola pondok.

“Tentunya bukan maksud BNPT untuk itu,” tuturnya.

Baca Juga: JK: Kalau Ada Bukti Kuat Pesantren Terlibat Terorisme, BNPT Silahkan Ambil Tindakan

Dia juga mengatakan, munculnya nama pondok pesantren bukan untuk menggeneralisir bahwa pondok pesantren tersebut terlibat terorisme.

Adapun yang dimaksud “terafiliasi” terorisme adalah terkoneksi atau terhubung dengan terorisme.

Namun, bukan seluruh pondok pesantren tetapi hanya berkaitan dengan individu.

“Jadi kami mengklarifikasi, meluruskan bahwa yang terkoneksi di sini adalah berkaitan dengan individu. Jadi bukan lembaga. Bukan lembaga pondok pesantren secara keseluruhan yang disebutkan itu,” tegas Boy Rafli.

Baca Juga: PPP Desak BNPT Buka Data 198 Pesantren yang Terafiliasi dengan Teroris

Boy juga menyebut bahwa data soal ponpes tersebut merupakan kumpulan data BNPT selama 20 tahun terakhir.

“Karena kan dengan adanya data, kita bisa menentukan arah kebijakan dan strategi yang pas bagaimana mencegah agar jangan berdampak buruk terhadap masyarakat kita,” tukasnya.

Penulis : Vidi Batlolone Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU