Kenali Stres dan Burnout: Serupa, tetapi Beda Penanganan
Kesehatan | 3 Februari 2022, 06:45 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kehidupan manusia modern memiliki dinamika yang tiada hentinya.
Berbagai kesibukan dilakoni manusia, seperti belajar, bekerja, dan lain sebagainya demi mengembangkan diri hingga menghidupi keluarganya sendiri.
Kemudian, dari kesibukan tersebut, tak jarang manusia menemui masalah yang memberikan tekanan bagi hidupnya.
Di samping memberi manusia peluang untuk mengembangkan diri tekanan juga dapat memicu stres.
Beragam dampak buruk bisa dialami manusia ketika stres tidak diatasi dengan baik.
Stres bisa berdampak pada kesehatan jiwa dan raga, seperti lemas, hilangnya rasa semangat, hingga sulit memusatkan perhatian.
Apabila dampak ini tidak ditindaklanjuti, dikhawatirkan bisa menyebabkan burnout.
“Burnout adalah stres yang terus menerus menekan dan tidak sempat diproses, kemudian berakibat daya tahan seseorang tidak sanggup menanggung lagi,” ungkap psikolog klinis, Dra. Astrid Regina Sapiie, dalam episode “Stress VS Burnout” siniar Anyaman Jiwa.
Astrid mengasosiasikan seseorang yang mengalami burnout sebagai ‘gosong’ karena energinya telah hangus tak tersisa.
Menurutnya, burnout bisa disebabkan karena stres dan tekanan terus-menerus, yang tak bisa diselesaikan sehingga mempengaruhi kondisi mentalnya.
Bahkan, burnout bisa mengakibatkan gangguan fisik dan mental yang cukup parah, seperti jatuh sakit, lepas kontrol, atau berperilaku aneh.
Sesungguhnya, burnout tidak akan terjadi apabila seseorang berhasil mengatasi stres.
Sebab, sebelum terjadinya burnout, seseorang harus mengalami stres terlebih dahulu.
Stres ini merupakan hal yang normal dihadapi manusia.
Menurut Astrid, kehidupan manusia dipenuhi faktor-faktor yang menyebabkan stres (stressor). Stressor ini bahkan dihadapi oleh manusia setiap harinya.
Stressor tidak melulu menekan manusia ke arah negatif.
Justru, Astrid mengungkapkan manusia membutuhkan stressor agar dapat mengembangkan dirinya ke arah positif, seperti belajar, berkompetisi, atau mengejar target tertentu.
Namun, stressor ini harus bisa dilepas sehingga emosi negatif tidak mendominasi yang berujung pada burnout.
“Banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk melepas stres, contohnya meditasi, mengurus bunga, hewan peliharaan, atau kegiatan positif lainnya,” ujar Astrid.
Sayangnya, kegiatan tersebut tidak mudah dilakukan oleh seseorang yang rentan burnout. karena mereka harus mengatasi masalah relasi terlebih dahulu.
Masalah relasi yang dimaksud Astrid adalah ketika seseorang tidak berani menolak urusan pekerjaan. Padahal, pekerjaan itu bukanlah tugasnya dan ia sudah berada dalam kondisi yang sangat lelah.
Selain itu, seorang perfeksionis juga rentan mengalami burnout.
“Ia tidak pernah puas dengan prestasinya sendiri, terus menerus merasa kurang,” jelas Astrid. Ini seperti bumerang yang menyerang pelemparnya.
Agar stres tidak mencapai tahap burnout, Astrid memberikan beberapa tips pencegahan yang bisa dilakukan.
Pertama, jaga kesehatan. Dengan menjaga kesehatan, seseorang akan lebih jernih dalam melihat tekanan sehingga stabil saat mengambil keputusan.
Kedua, praktikkan keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan manajerial stres, seperti komunikasi, kontrol diri, dan lain sebagainya.
Kedisiplinan sangat diperlukan agar keterampilan ini konsisten dapat dijalankan.
Kita bisa mulai berkomunikasi dengan menolak pekerjaan yang diberikan saat sedang merasa tak baik-baik saja.
“Sesungguhnya persoalan tidak pernah bisa kita cegah, kita tidak pernah tahu apakah kita nantinya akan tertekan atau tidak. Akan tetapi, yang bisa dipersiapkan adalah dengan menjaga kesehatan dan terampil berkomunikasi, pekerjaan, dan disiplin sehingga dapat membentengi diri menghadapi burnout,” ujar Astrid.
Potongan tips-tips memahami stres dan burnout di atas dapat kalian dengar lebih lengkap melalui siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Stres VS Burnout”.
Untuk mengetahui tips-tips dan perspektif kesehatan mental lainnya, dengarkan siniar Anyaman Jiwa setiap hari Rabu dan Jumat di Spotify atau akses melalui tautan berikut https://spoti.fi/3sdIqgB.
(Fauzi Ramadhan dan Ikko Anata)
Penulis : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV