Vaksin Merah Putih Eijkman Dekati Proses Uji Praklinis
Update corona | 26 Januari 2022, 01:15 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Vaksin Merah Putih yang diteliti oleh Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman sudah masuk tahap hilirisasi di mitra industri, PT Bio Farma, dan semakin mendekati proses praklinis serta klinis.
Hal itu diungkapkan peneliti PRBM Eijkman, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tedjo Sasmono dalam keterangan tertulisnya seperti dilansir Antara, Selasa (25/1/2022).
Tedjo berharap, dalam waktu dekat sudah bisa dilakukan uji praklinis dan klinis.
"Semoga vaksin COVID-19 karya anak bangsa ini bisa berkontribusi dalam penanggulangan pandemi dan menjadi wahana untuk kemandirian bangsa dalam riset vaksin," kata dia.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala PRBM Eijman Wien Kusharyoto menyebut, riset vaksin COVID-19 dengan platform sub-unit protein rekombinan itu masih dalam proses pengembangan.
"Riset Vaksin Merah Putih masih berjalan, yang berbasis sel ragi atau 'yeast' dalam proses pengembangan lebih lanjut. Tingkat produksinya juga sudah sesuai dengan taraf yang diisyaratkan pihak industri, dalam hal ini PT Bio Farma," ujar Wien.
Baca Juga: Pengembangan Vaksin Merah Putih Terkendala, Ini Penjelasan BRIN
Dalam kesempatan terpisah, periset laboratorium terapeutik dan vaksin, Andri Wardiana mengatakan, sampai saat ini Indonesia belum berhasil membuat vaksin ataupun obat biologi lainnya secara mandiri.
“Dalam artian, dari mulai desain awal dan baru bisa melakukan transfer teknologi seperti yang dilakukan Bio Farma dan beberapa perusahaan farmasi lainnya,” ujar dia.
Menurut Andri, untuk dapat memproduksi vaksin sendiri, Indonesia harus mulai melakukan kerja sama dengan banyak pihak.
Dukungan secara menyeluruh dari berbagai pihak meliputi akademisi atau peneliti, pelaku industri dan pendukung lainnya, termasuk political will dari pemerintah juga diperlukan.
Andri mencontohkan pada pengembangan vaksin COVID-19 dari Oxford-Astrazeneca, berbagai institusi saling memberikan dukungan.
Berbagai institusi bekerja sama menghasilkan satu jenis vaksin yang mendapatkan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) di awal.
“Kita harus memulai seperti itu, kepakaran dari berbagai bidang berkumpul dan bekerja sama untuk mewujudkan tujuan utama yaitu kemandirian produksi vaksin,” ujar dia.
Andri mengharapkan program Vaksin Merah Putih mewujudkan kemandirian vaksin dalam negeri.
"Harapan saya, dengan adanya program Vaksin Merah Putih ini bisa dijadikan momentum untuk mewujudkan kemandirian vaksin dalam negeri. Kita harus sudah mulai belajar memperbaiki hal-hal apa saja yang menjadi kendala pada proses pengembangan Vaksin Merah Putih ini," katanya.
Baca Juga: Vaksin Merah Putih Bakal Dirilis Juli, BPOM: Kebanggaan Anak Bangsa, Produksi Farmasi Sendiri
Sebelumnya Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengungkap alasan pengembangan vaksin di tanah air mengalami kendala.
Ia menyatakan, kendala tersebut berkaitan dengan pengalaman para peneliti di tanah air.
"Dalam konteks vaksin Merah Putih, problem utama pengembangan yaitu kita belum memiliki tim yang mengembangkan vaksin dari scratch (dari awal)," terang Laksana dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (24/01/2022).
"Semua tim bekerja keras mencoba-coba karena belum pernah ada (pengembangan)," lanjutnya.
Laksana mengungkapkan, kendala lain seperti belum adanya fasilitas uji berstandar Good Manufacturing Practices (GMP) dan tempat untuk melakukan uji praklinis yakni fasilitas animal biosafety level-3.
Penulis : Edy A. Putra Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV/Antara