Lebih Susah Jadi Ketum PBNU atau Jubir Gus Dur, Gus Yahya: Ngeri-ngeri Sedap
Agama | 21 Januari 2022, 10:04 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau karib disapa Gus Yahya sumringah ketika ditanya soal lebih susah mana, terpilih jadi ketua PBNU periode 2022-2027 atau ketika mendampingi Gus Dur sebagai Jubir Presiden?
Gus Yahya jadi juru bicara Presiden Gus Dur hampir ketika beliau memimpin Indonesia waktu periode 1999-2001.
“Mana yang lebih susah, jadi jubir Presiden Gus Dur atau jadi ketua PBNU?” tanya Rosianna Silalahi di Program ROSI Wajah Baru Nahdlatul Ulama, Kamis malam (21/1/2022).
Gus Yahya tersenyum, lantas tertawa teringat peristiwa yagn terjadi hampir 20 tahunan yang lalu tersebut.
“Ya mirip-miriplah. Sama-sama ngeri-ngeri sedap gitu. Karena kita excited senang dengan proses aktuliasi diri yang lebih besar, tapi di saat yang sama ada beban yang berat sekali,” jawab Gus Yahya.
Baca Juga: Ketum PBNU Gus Yahya Pernah Marah pada Gus Dur, Begini Ceritanya
Beban yang berat itu, kata Gus Yahya, memang harus dipikul sebagai Jubir ulama dan presiden Gus Dur, serta memimpin organisasi ulama Nahdlatul Ulama yang lahir sejak tahun 1926.
“Ya begitu, ngeri-ngeri sedap,” tambahnya singkat dengan nada bercanda.
Rosianna Silalahi pun mengucapkan selamat dan dijawab Gus Yahya,”Terima kasih, meskipun ada sisi musibahnya.”
Lantas, apa musibahnya?
Padahal, mengutip Rosianna Silalahi, ada banyak sekali orang yang ingin menduduki posisi yang saat ini diemban Gus Yahya, jadi ketua ormas Islam terbesar di dunia.
“Musibahnya adalah tanggung jawab besar. Lebih enak ya kalau kita jadi pengangguran di rumah. Tidak menanggung siapa-siapa,” kelakar Gus Yahya.
Baca Juga: Gus Yahya Tegaskan Tak Akan Ada Capres-Cawapres dari Pengurus PBNU di 2024
Dalam kesempatan yang sama, ia pun ditanya terkait keinginan Jokowi menjadikan Gus Yahya jadi Menteri Agama, tapi akhirnya posisi itu diberikan ke adiknya, Yaqut C. Qoumas.
“Saya tahu, saya tidak becus mengurus birokrasi pemerintahan. Tapi saya tahu tentang gerakan, tentang NU. Saya lebih tahu tentang NU dari birokrasi pemerintahan,” tambahya.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV