> >

Cerita Megawati Diminta Atasi Masalah HAM Saat Jadi Presiden: Saya Ini Korban

Politik | 10 Januari 2022, 13:17 WIB
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI) Megawati Soekarnoputri menyampaikan Pidato Politik di Peringatan HUT ke-49 PDIP, Senin (10/1/2022). (Sumber: Tangkapan layar YouTube Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) Megawati Soekarnoputri mengaku sempat mempertanyakan status ayahnya, Soekarno kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Pernyataan itu diceritakan Megawati, disampaikan saat dirinya diminta Komnas HAM menyelesaikan masalah hak asasi manusia (HAM).

“Ketika saya jadi Presiden,  saya diminta oleh Komnas HAM menyelesaikan masalah HAM. Tapi saya bilang pada, waktu itu ketuanya siapa ya, kalau ndak Garuda Nusantara apa ya. Saya bilang, Pak saya ini victim (korban, red) loh. Bung Karno itu nggak pernah punya status loh, saya harus bilang,” ucap Megawati dalam pidato politiknya di peringatan HUT ke-49 PDI Perjuangan, Senin (10/1/2022).

“Ditahan iya, dikurung iya, tapi saya,  kami anak beranaknya ndak ada pegangan. Bapak saya itu sebetulnya siapa? Diapakan? Diadili tidak. Orang mau ketemu nggak boleh, ini bukan saya mau nostalgia, nggak, ini realita,” tambahnya.

Berdasarkan hal tersebut, Megawati pun menegaskan tidak ingin ada lagi pemimpin-pemimpin Indonesia yang diperlakukan seperti itu.

Baca Juga: Soal Harga Pangan Naik Drastis, Megawati: Klasik, Udah 76 Tahun Merdeka Lho!

“Saya berharap tidak akan terjadi lagi kepada pemimpin pemimpin kita diperlakukan seperti itu pada sebuah negeri yang ber-Pancasila. Tolong dengarkan ini anak-anakku sekalian, saya kalau sama yang lain enggak berani ngomong begini,” tegasnya.

Megawati lebih lanjut menyampaikan hingga saat ini dirinya masih penuh dengan tanya tentang ajaran-ajaran Soekarno.

“Saya sendiri sampai suka pikir sampai hari ini sebetulnya kenapa ya? Terus, kenapa ajaran-ajarannya kalau dari sisi akademisi saya sangat tahu, kenapa orang kita hanya mau belajar buku orang luar negeri. Wah, kalau sudah nyebut yang ini mengelompokkan bla bla, yang itu mengatakan bla bla. Kenapa tidak orang yang memang pintar?,” ucap Megawati.

“Bapak saya tuh pintar Doktor honoris causanya 23 atau berapa ya? Cobalah, apa itu enggak pintar ya? Kok tidak pernah ada yang mau buka cara berpikirnya.”

Baca Juga: Jengkel Minim Peneliti Sejarah, Megawati: Saya Bukan Anti Asing, Tapi ke Mana Ya Bangsa Indonesia?

Mega yang mendapat gelar profesor pun kemudian mengaku akan menanyakan pada para civitas akademik. Kenapa buku Bung Karno tidak diperbolehkan.

“Apa ndak boleh ya? Ndak ada larangan loh, di sini ada Menteri Kumham. Apakah buku-buku Bung Karno itu menjadi larangan? Ndak loh. Jadi kenapa Ini pertanyaan besar, seharusnya dijawab oleh bangsa ini?” kata Mega.

“Kenapa orang asing sampai bisa. Nanti boleh baca to be the world new, itu sampai Bung Karno pada waktu itu diberi tepukan yang namanya itu standing ovation, jadi sambil berdiri. Why,  kemana bangsaku, kemana orang-orang pintar ini?" tanya Mega.

Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU