Cerita Megawati Diminta Atasi Masalah HAM Saat Jadi Presiden: Saya Ini Korban
Politik | 10 Januari 2022, 13:17 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) Megawati Soekarnoputri mengaku sempat mempertanyakan status ayahnya, Soekarno kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Pernyataan itu diceritakan Megawati, disampaikan saat dirinya diminta Komnas HAM menyelesaikan masalah hak asasi manusia (HAM).
“Ketika saya jadi Presiden, saya diminta oleh Komnas HAM menyelesaikan masalah HAM. Tapi saya bilang pada, waktu itu ketuanya siapa ya, kalau ndak Garuda Nusantara apa ya. Saya bilang, Pak saya ini victim (korban, red) loh. Bung Karno itu nggak pernah punya status loh, saya harus bilang,” ucap Megawati dalam pidato politiknya di peringatan HUT ke-49 PDI Perjuangan, Senin (10/1/2022).
“Ditahan iya, dikurung iya, tapi saya, kami anak beranaknya ndak ada pegangan. Bapak saya itu sebetulnya siapa? Diapakan? Diadili tidak. Orang mau ketemu nggak boleh, ini bukan saya mau nostalgia, nggak, ini realita,” tambahnya.
Berdasarkan hal tersebut, Megawati pun menegaskan tidak ingin ada lagi pemimpin-pemimpin Indonesia yang diperlakukan seperti itu.
Baca Juga: Soal Harga Pangan Naik Drastis, Megawati: Klasik, Udah 76 Tahun Merdeka Lho!
“Saya berharap tidak akan terjadi lagi kepada pemimpin pemimpin kita diperlakukan seperti itu pada sebuah negeri yang ber-Pancasila. Tolong dengarkan ini anak-anakku sekalian, saya kalau sama yang lain enggak berani ngomong begini,” tegasnya.
Megawati lebih lanjut menyampaikan hingga saat ini dirinya masih penuh dengan tanya tentang ajaran-ajaran Soekarno.
“Saya sendiri sampai suka pikir sampai hari ini sebetulnya kenapa ya? Terus, kenapa ajaran-ajarannya kalau dari sisi akademisi saya sangat tahu, kenapa orang kita hanya mau belajar buku orang luar negeri. Wah, kalau sudah nyebut yang ini mengelompokkan bla bla, yang itu mengatakan bla bla. Kenapa tidak orang yang memang pintar?,” ucap Megawati.
“Bapak saya tuh pintar Doktor honoris causanya 23 atau berapa ya? Cobalah, apa itu enggak pintar ya? Kok tidak pernah ada yang mau buka cara berpikirnya.”
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV