Tepis Isu Jadi Sekjen PBNU, Juri Ardiantoro: Saya BerNU Biasa Saja, Kader Lain Lebih Layak
Agama | 30 Desember 2021, 09:40 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Deputi IV Kantor Staf Kepresidenan (KSP) bidang Informasi dan Komunikasi politik, Juri Ardiantoro, menepis isu dipilih KH Yahya Cholil Staquf atau biasa disapa Gus Yahya menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU dalam periode kepengurusan 2021-2026 mendatang.
Juri diisukan bakal menggantikan posisi Helmy Faisal Zaini yang habis masa jabatannya sebagai sekjen PBNU usai Muktamar ke-34 NU di Lampung yang berakhir jumat lalu (24/12).
Juri Ardiantoro yang merupakan rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta itu lantas menjelaskan, dirinya kini berfokus untuk menjadi anggota NU biasa saja.
Menurut Juri, kader NU di luar sana juga begitu banyak dan lebih layak untuk jadi sekjen PBNU mendampingi Gus Yahya sebagai ketua umum PBNU.
“Saya berNU biasa saja. Banyak kader NU yang lebih layak (jadi sekjen) juga banyak,” kata Juri Ardiantoro kepada KOMPAS.TV via pesan WA, Kamis (24/12).
Baca Juga: Terpilih Jadi Ketum PBNU 2021-2026, Yahya Cholil Staquf Lapor Hal Ini ke Jokowi
Terkait isu dirinya bakal dijadikan Sekjen oleh Gus Yahya, Juri bercerita awalnya bermula dari pengamat yang mengatakan dirinya jadi sekjen PBNU.
Ia sendiri tidak tahu alasan dirinya dijagokan, padahal ia menilai banyak kader lain yang lebih layak dibandingkan dirinya untuk mendampingi Gus Yahya.
“Saya juga tidak tahu (muncul isu sekjen) ini, awalnya dari pengamat, yang lain lebih layak jadi sekjen,” katanya.
Dalam gelaran Munas-Konbes NU, perhelatan penting jelang Muktamar NU ke-34 Juri Ardiantoro juga didapuk sebagai ketua panitia OC dan berhasil membuat prosesi penentuan Muktamar berjalan sukses.
Doktor ilmu politik itu menjabat beberapa jabatan penting di PBNU, mulai dari jadi salah satu ketua GP Ansor, ketua LTN PBNU hingga diamanahi jabatan salah satu ketua PBNU dalam periode kepengurusan KH Said Aqil Siroj.
“Saja ber-NU saja ya. Memang periode kemarin saya salah satu ketua PBNU dan rektor unusia,” ujarnya.
Isu ini muncul kali pertama saat pengamat politik dari Universitas Paramadina menjagokan namanya jadi Sekjen PBNU, Rabu malam (29/12) ia dianggap cocok dan bisa bersaing dengan mantan ketua GP Ansor sekaligus politisi Golkar Nusron Wahid menjadi pimpinan PBNU, mendampingi Gus Yahya.
Baca Juga: Saat KH Miftachul Akhyar Berdiri di Antara Jabatan Ketum MUI dan Rais Aam PBNU
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV