Youtube Para Capres, antara Godaan Pencitraan dan Kenyataan di Lapangan
Politik | 28 Desember 2021, 15:19 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Kanal youtube kini makin ramai diisi oleh para calon presiden (capres) 2024. Namun perlu dicatat, meski mereka masuk dalam survei dengan elektabilitas tinggi, tapi belum ada yang mendeklarasikan diri. Begitu pula suara parpol, masih samar-samar.
Pemilihan presiden masih dua tahun lagi, namun sejumlah nama sudah mulai berseliweran di media sosial (youtube, instagram atau twitter). Makin hari makin rajin.
Yang terbaru Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperkenalkan program tayangan "Dari Pendopo" di kanal YouTube pribadinya.
Anies menyampaikan bahwa program ini ia buat untuk berbagi perspektif dan pengalamannya dalam memimpin Jakarta. "Selama ini saya menjalani pengalaman, ada perspektif, ada pengalaman ada pembelajaran yang itu semua saya rasakan saya jadikan bahan refleksi dan menjadi bahan untuk saya bertindak, berpikir," kata Anies.
Baca Juga: Survei Capres Bertebaran, Partai Politik Belum Melirik
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sudah jauh-jauh hari terus aktif memposting berbagai kegiatannya di youtube atau instagram. Program tayangan YouTube Ganjar beragam. Mulai dari "Wisata", "Ruang Ganjar", "Kuliner Ala Ganjar", hingga "Ganjar Pranowo Vlog". Bahkan membuat program sendiri tentang istri dan putranya.
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tak mau ketinggalan. Ia mulai aktif membuat tayangan YouTube melalui kanal pribadinya, Agus Yudhoyono.
Kanal YouTube-nya sebagian besar menampilkan aktivitas AHY di acara Partai Demokrat. Sebagian berisi komentar AHY atas isu yang tengah beredar.
Begitu pula dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Kanal Youtube pun gencar digunakan Sandiaga sebagai medium komunikasi. Dalam channel SandiUnoTV, politikus Partai Gerindra ini membagikan berbagai kegiatannya selama menjadi menteri.
Sementara Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, lebih sering mengunggah video di akun instagram-nya. Berbagai kegiatan, mulai dari keluarga sampai berkunjung ke gereja saat natal dia unggah. Dari yang sifatnya pribadi hingga urusan birokrasi.
Menurut analis politik dari lembaga survei Charta Politika Yunarto Wijaya, sah saja bila banyak kepala daerah, apalagi yang masuk ke dalam survei capres, mulai tampil di media sosial seperti youtube. "Cukup masuk akal, tapi seberapa berguna?" kata Yunarto, saat berbincang di Program Sapa Pagi, KOMPAS TV, Selasa (28/12/2021).
Toto panggilannya, mewanti-wanti jangan sampai cara berkomunikasi ke publik melalui media sosial itu malah jadi bumerang. Pasalnya, para calon pemilih akan menilai apakah yang diunggah benar-benar otentik atau sekadar pencitraan demi mengatrol elektabiltas. "Jangan ada gap, pemilih akan menilai apakah yang ditampilkan linier dengan kerja di lapangan?" ujarnya.
Baca Juga: Sandiaga Uno Ditanya Soal Capres 2024, Ini Jawabannya
Sementara menurut pengajar komunikasi politik dari Universitas Padjajaran Kunto Adi Wibowo, medsos hanya satu instrumen saja dalam menjual gagasan para calon ke publik.
Lewat medsos publik akan melihat para capres yang mengunggah aktivitasnya, kemudian menyamakan dengan dirinya. Ada proses personalisasi sehingga publik merasa memiliki kesamaan dengan capres yang diidolakannya.
Namun semua aktivitas itu harus relevan dengan kenyataan. "Relevansi itu penting, bukan seperti elite yang tidak menginjak tanah," ujar Ari.
Pada akhirnya, baik Toto maupun Kunto, sepakat bahwa apapun unggahannya tidak akan berpengaruh banyak bahkan bisa menjadi kampanye negatif bila tidak sesuai kenyataan di lapangan atau sekadar tampil memoles citra diri di hadapan khalayak.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV