> >

Said Aqil Siroj di Muktamar ke-34 NU: Nasionalisme dan Agama Tidak Boleh Dipertentangkan

Berita utama | 22 Desember 2021, 10:38 WIB
Ketua Umum PBNU Saiq Aqil Siroj dalam Pembukaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama di Lampung (Sumber: Tangkapan Layar Youtube Setpres/ninuk)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj mengungkapkan, Pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari berkata nasionalisme dan agama adalah dua hal yang tidak boleh dipertentangkan dan perlu diperkuatkan.

Atas dasar amanah KH Hasyim Asy’ari, Said Aqil Siroj menyadari banyak yang tidak memahami pemikiran NU atas HTI dan FPI.

Pernyataan itu disampaikan Said Aqil Siradj dalam pembukaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama yang dihadiri Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin dengan tema 'Menuju Satu Abad NU, Membangun Kemandirian Warga untuk Perdamaian Dunia' di Lampung, Rabu (22/12/2021).

“Mereka yang tidak paham sikap tegas NU atas HTI maupun FPI barangkali memang belum mengerti betapa berat amanah memoderasi kutub-kutub ektrem di negeri ini, bagi NU dan Pesantren menjaga NKRI adalah amanah karena hanya dengan bersetia kepada konstitusi tataran beragama dapat diselenggarakan,” ucap Said Aqil Siroj.

Baca Juga: Harlah ke-95 Nahdlatul Ulama (NU), Jokowi: Santri Sudah Melek Digital dan Pelopor Teknologi Manfaat

Said Aqil lebih lanjut menuturkan, sikap tawassuth atau moderat mustahil tercapai tanpa kemandirian.

Dalam usia NU yang hampir seabad, Saiq menyampaikan NU selalu setia kepada prinsip dan nilai-nilai dasar agama serta semangat nasionalisme, pluralisme, dan kebhinekaan.

Dalam penuturkannya, Saiq mengakui bersikap tawassuth atau moderat di antara dua kutub bukanlah perkara mudah.

Sebab, tawassuth mempersyaratkan kecakapan pengetahuan dan kebijaksanaan, dua hal inilah yang diteladankan para imam mazhab dan ulama-ulama.

“Sementara untuk menjadi ekstrem seseorang cukup bermodalkan semangat dan fanatisme belaka,” ucapnya.

Said dalam pidatonya juga menyampaikan tentang bagaimana NU 1 abad ke depan. Dia berharap, NU bisa langgeng dan tegak sesuai amanah berdirinya NU di NKRI.

Baca Juga: Presiden Jokowi: Sebelum Indonesia Merdeka, Nahdlatul Ulama Telah Memberi Kontribusi Nyata

Mengingat, sikap tawasud terus diuji tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Antara lain, problem-problem lama bawaan abad lalu belum sepenuhnya tertangani sedangkan masalah-masalah baru datang bertubi-tubi.

“Masalah yang berkisar pada perubahan iklim, kesenjangan ekonomi, bioteknologi, polarisasi percakapan dan identitas, radikalisme, terorisme, dan krisis energi,” ujarnya.

“Sementara itu, laju teknologi bergerak eksponensial menawarkan kemudahan-kemudahan praktis dengan risiko-risiko yang tak sepenuhnya bisa diperkirakan.”

Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU