Sosok Mbah Tumari dan Mak Yem, Penjaga Hutan Ranu Pane yang Legendaris di Pendakian Gunung Semeru
Sosok | 12 Desember 2021, 12:22 WIBLUMAJANG, KOMPAS.TV - Bicara soal Gunung Semeru, tentu tidak bisa lepas dengan dua sosok suami istri legendaris di kawasan Ranu Pane.
Gunung Semeru diketahui mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021) dan hingga saat ini menyebabkan puluhan orang meninggal dunia.
Adapun dua sosok legendaris Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur itu adalah Mak Yem dan suaminya, Mbah Tumari.
Semasa hidup, selama puluhan tahun mereka tinggal di jalur pendakian Ranu Pane.
Kini, Mak Yem dan Mbah Tumari telah tinggal di keabadian. Mak Yem meninggal dunia pada 20 Juli 2021, tepatnya selang tiga bulan setelah Mbah Tumari (93) berpulang pada 9 Januari 2021.
Semasa hidupnya Mak Yem dan Mbah Tumari dikenal sebagai orang tua bagi para pendaki Gunung Semeru.
Mereka dikenal sebagai sosok baik hati yang rela menyediakan makanan dan menyediakan kediamannya untuk disinggahi para pendaki secara gratis.
Bahkan, karena telah tinggal selama puluhan tahun di jalur pendakian Ranu Pane, rumahnya selalu menjadi tempat singgah sementara para pendaki baik yang hendak naik ataupun baru turun dari Gunung Semeru.
Baca Juga: Kisah Fida, Bocah yang Selamat dari Awan Panas Gunung Semeru usai Lari dan Berlindung di Masjid
Dikutip dari Surya.co.id, Sukriasih, keluarga Tumari bercerita, Mbah Tumari kini bersemayam di sebuah wihara di lahan perkebunan sebelah rumahnya.
Adapun wihara tersebut didirikan Mbah Tumari tepat delapan bulan sebelum meninggal.
Tak hanya itu, Sukriasih juga menyebut bahwa pada 21 hari sebelum meninggal, Mbah Tumari menyempatkan diri untuk menemui semua anggota keluarganya.
"Semua anak cucunya yang ada di Bromo, Malang didatangi satu-satu kayak mau pamitan," ujar dia Senin (11/12).
Kemudian di Januari 2021, kepergian Tumari membawa duka bagi keluarga dan warga Desa Ranu Pane. Menurut cerita, MbahTumari merupakan sosok pertama yang menjaga hutan Ranu Pane.
"Dulu sebelum ada TNBTS sekitar Tahun 1965, itu Pak Tumari yang diberi mandat pemerintah buat jaga hutan Ranu Pane," kenangnya.
Selain dikenal sosok pribadi yang mulia, Tumari juga dikenal di kalangan para pecinta alam. Dulu, sebelum Gunung Semeru terkenal, Mbah Tumari lah yang kerap menjamu para pendaki.
Bahkan, seorang aktivis Soe Hok Gie, pendaki yang meninggal di Gunung Semeru juga pernah singgah di rumahnya.
"Dulu hampir semua pendaki datangnya kesini. Bisa makan, numpang tidur dan bapak tidak memungut biaya sepersen pun," kenangnya.
Kata Sukriasih, keramahan itu rupanya juga tak pernah luntur dari sosok Mbah Tumari. Sebelum meninggal, di usianya yang sudah senja, Ia masih gemar melempar senyum ramah kepada para pendaki. Bahkan, Ia juga sering memberi pesan-pesan pitutur.
"Ramah sekali sama pendaki. Sering memberikan arahan dan wejangan buat para pendaki karena Gunung Semeru kan sakral. Sering Bapak itu kasih pesan buat pendaki supaya tidak buang sampah sembarangan, harus sopan, dan menghargai alam," pungkasnya.
Baca Juga: Profil Bupati Lumajang Thoriqul Haq, Marahi Warga yang Swafoto di Lokasi Erupsi Semeru
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Gading-Persada
Sumber : Surya.co.id