Ladang Perminus, Kisah Korupsi Perusahaan Minyak dalam Karya Sastra Cocok Dibaca di Hari Antikorupsi
Budaya | 9 Desember 2021, 03:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV- Hari Antikorupsi Se-Dunia yang jatuh pada hari ini, 9 Desember, memberikan kesadaran bahayanya perilaku koruptif. Banyak kasus diungkap di media massa. Namun, tindakan tercela ini tidak pernah berkurang.
Sasterawan Ramadhan KH, memotret perilaku korupsi di tanah air itu, dalam sebuah karya sastera yang berjudul Ladang Perminus. Karya ini ditulis pada tahun 1990 dalam usia Ramadhan yang tidak muda lagi.
Novel ini mengisahkan nasib orang yang berusaha melawan perilaku korupsi yang sudah menjadi budaya di sebuah perusahaan minyak bernama "Perminus" kependekan dari Perusahaan Minyak Nusantara, yang beralamat di Jl. Jenderal Sudirman Jakarta.
Hidayat, tokoh utama dalam novel ini, adalah angkatan 1945 yang bekerja sebagai staf terpercaya di sana. Namun karena idealisme dan kejujurannya, dia mendapat banyak tekanan. Salah satunya adalah karir cemerlangnya berhenti di tengah jalan dan pencalonannya sebagai gubernur Jawa Barat juga selesai.
Baca Juga: Korupsi Dana Hibah Pembangunan Masjid Raya Sriwijaya, Mantan Sekda Sumsel Dituntut 10 Penjara
Banyak yang menduga, novel ini diangkat dari kisah nyata yang terjadi di Indonesia pada era 1970-an, ketika booming harga minyak membuat para petinggi negeri ini kaya raya. Bukan karena soal harga semata, namun juga perilaku korupsi. "Dengan tema yang dinafasi oleh jalinan unsur politik dan gejolak perekonomian Indonesia akibat harga minyak yang marak pada 70-an, dunia kisah dalam novel ini menjadi kontekstual," demikian catatan belakang dari buku ini.
Selain ada kemiripan nama perusahan minyak, juga ada kemiripan nama media yang disebut dalam cerita ini, yaitu Nusa Raya. Dalam novel ini, Nusa Raya seperti merujuk pada Harian Indonesia Raya, yang dipimpin oleh Mochtar Lubis, yang sering mengangkat kasus korupsi di Pertamina.
Ladang Perminus yang terdiri atas 32 bab dalam 328 halaman itu, mendapat banyak pujian dari para sasterawan. Putu Wijaya misalnya, seperti dilihat dari laman ensiklopedia-kemendikbud, menuliskan, bahwa Ramadhan K.H. dengan sengaja menuntun pembaca untuk menikmati cerita sambil mengingat-ingat sejarah.
Penulis menyalakan kembali emosi melawan budaya korupsi yang sampai sekarang masih merajalela. yang membuat cerita patriotik tersebut terasa "penting" adalah karena melibatkan rakyat Indonesia. Ada racikan "data lingkungan sosial" rakyat Indonesia.
"Penulis dengan fasih menuturkan beberapa detail soal produksi dengan istilah-istilahnya yang bisa meyakinkan pembaca bahwa pembaca mendapatkan informasi dari seseorang yang sangat memahami masalah Pertamina sehingga novel tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah novel yang informatif meskipun hanya dari satu sudut pandang Hidayat," tulis Putu.
Baca Juga: Pertamina Kalimantan Simulasi Penanganan Demo dan Penanganan Tangki Terbakar
Ramadhan KH adalah sastrawan kelahiran Bandung, 16 Maret 1927 dan meninggal pada 16 Maret 2006. Selain Ladang Perminus, dia juga menulis Keluarga Permana dan Royan Revolusi.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV