Setelah Erupsi Semeru, Pakar: Warga Jangan Kaget Jika Ada Letusan di Sungai, Waspadai Banjir Lahar
Peristiwa | 5 Desember 2021, 10:29 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Masyarakat di sekitar bantaran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru diminta tidak beraktivitas di sekitar sungai, dan jangan kaget jika tiba-tiba terjadi letupan di sungai.
Hal itu disampaikan oleh Ahli MItigasi Bencana Surono, dalam Breaking News Kompas TV, Minggu (5/12/2021).
Menurut Surono, sebaran abu vulkanik akibat erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur cukup tebal.
Jika terjadi hujan lebat yang berlangsung cukup lama, abu vulkanik tersebut akan terbawa air menuju ke tempat yang lebih rendah, seperti sungai.
Baca Juga: Apakah akan Ada Erupsi Susulan Gunung Semeru? Ini Kata Pakar Mitigasi Bencana
Sungai yang paling berpotensi banjir lahar adalah sungai-sungai yang terdapat endapan awan panas yang kemarin itu.
“Kemungkinan besar, masyarakat jangan kaget, karena endapan awan panas masih panas di dalam sungai, hujan masih lebat, kalau air masuk ke dalam endapan itu, pasti akan menjadi letusan-letusan di dalam sungai. Itu disebut letusaan sekunder,” jelasnya.
Jika endapan ini terbawa air hujan, akan berkembang menjadi lahar hujan. Lahar hujan itu panas dan daya dobraknya besar sekali.
“Karena seperti semen. Berat jenisnya tinggi, sehingga kalau mengenai infrastruktur seperti jembatan, lingkungan, itu bisa rusak. Maka hati-hati. Jangan nonton dululah,” tambahnya.
Surono juga memrediksi bahwa lahar hujan itu akan berkepanjangan. Lahar hujan tersebut baru akan berhenti jika musim hujan telah usai atau endapannya telah habis.
Oleh sebab itu, warga diimbau untuk memperhatikan hujan yang turun di puncak Gunung Semeru dan menignkatkan kewaspadaan.
“Kalau melihat hujan di sekitar puncak semeru, siap-siap sajalah, waspada.”
Baca Juga: Lagi, Satu Jenazah Korban Erupsi Gunung Semeru Ditemukan di Bekas Aliran Lava
“Utamanya misalnya lintasan lahar dari Besu Kobokan kalau dia nggak muat, karena kemungkinan akan ada tambahan dari puncak, segera mengungsi,” imbaunya.
Saat ini, lanjut Surono, yang harus diurusi dan menjadi perhatian bukan lagi awan panas, melainkan banjir lahar hujan.
“Ini lama ini, bukan awan panasnya lagi yang diurusin. Ancaman awan panasya selesai kalau kubahnya sudah habis. Ancaman berikutnya adalah lahar hujan.”
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV