> >

Penularan Varian Baru Omicron 5 Kali Lipat Lebih Cepat, Waspadai untuk Perjalanan Saat Nataru

Kesehatan | 30 November 2021, 09:18 WIB

Ilustrasi - varian B.1.1.529 Omicron bukan sekedar baru, tetapi juga berpotensi menjadi masalah besar bukan hanya bagi Indonesia dan Afrika, tetapi dunia. (Sumber: Brussels Morning Newspaper)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Epidemiolog dari Griffifth University Australia Dicky Budiman menilai bahwa varian B.1.1.529 Omicron bukan sekedar baru, tetapi juga berpotensi menjadi masalah besar bukan hanya bagi Indonesia dan Afrika, tetapi dunia.

Pasalnya, meskipun gejala yang diakibat dari infeksi virus  ini disebut cukup ringan, kecepatan penularan mencapai lebih dari 500 persen atau 5 kali lipat dibandingkan dengan virus corona SARS-CoV-2 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China 2019 lalu.

Selain itu, varian B.1.1.529 Omicron ini masuk dalam kategori VoC karena penularannya mencapai 400 persen dibandingkan dengan variant of concern lainnya, yaitu varian delta.

Seperti yang disampaikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait virus ini, telah mengklasifikan varian Omicron ini ke dalam kategori variant of concern (VoC), tanpa melalui kategori variant of interest (VoI).

"Kalau diibaratkan varian delta (yang sempat merebak beberapa waktu lalu) yang 100 persen kecepatannya lebih cepat menular daripada virus liar di Wuhan, ini kemungkinannya (varian baru) Omicron kecepatan penularannya bisa sampai 500 persen atau 5 kalinya," jelas Dicky, Minggu (28/11/2021), dilansir dari Kompas.com.

 Variant of interest yang dimaksud merupakan varian SARS-CoV-2 yang ditandai dengan mutasi asam amino yang menyebabkan perubahan fenotipe virus, yang diketahui atau diprediksi dapat mengubah kondisi epidemiologi, antigeneistas, dan virulensi virus.

Sedangkan, variant of concern adalah varian virus corona yang menyebabkan peningkatan penularan dan angka kematian akibat Covid-19. VoC juga merupakan varian dengan dua komponen VoI.

Selain itu, varian baru yang teridentifikasi pada 10 kasus di tiga negara ini, yakni Afrika Selatan, Inggris dan Skotlandia, memiliki kemampuan menghindari kekebalan tubuh untuk melawan Covid-19.

Ahli biologi molekuler Ahmad Utomo menyebutkan, sebenarnya jumlah mutasi yang ditemukan di gen tanduk (spike) protein varian Omicron ada 32, sementara di gen yang sama varian delta ada 8.

Mutasi yang banyak pada spike protein ini dianggap mengkhawatirkan, karena spike protein adalah bagian dari virus yang digunakan sebagian besar vaksin untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh melawan Covid-19.

Hal ini membuat penularan infeksi virus corona SARS-CoV-2 varian baru B.1.1.529 Omicron lebih cepat 400 persen atau 4 kali lipat dibandingkan dengan infeksi penularan varian delta.

"Memang diduga menular lebih cepat, namun angka persisnya masih menunggu investigasi lebih lanjut," kata dia.

Pengendalian saat Nataru

Menyadari kondisi saat ini masih mengkhawatirkan lantaran banyak hal yang belum diketahui secara pasti akibat infeksi varian baru B.1.1.529 Omicron, Dicky merekomendasikan untuk mempertimbangkan enam hal berikut sebelum bepergian selama libur Natal dan Tahun Baru (nataru) mendatang.

Batasi mobilitas

Walaupun kasus infeksi varian baru Omicron belum masuk ke Indonesia, tetapi bukan berarti masyarakat bisa menganggap sepele peringatan dini penularan infeksi yang bisa terjadi.

“Batasilah apa pergerakan kita, kalau tidak esensial, jangan (banyak mobilitas di luar rumah, berlibur, berwisata, dan lain sebagainya)," kata Dicky.

 Pengaturan ketat perjalanan

Apabila bagi yang sudah terlanjur membeli tiket perjalanan - sebelum varian baru Omicron teridentifikasi - untuk Natal dan tahun Baru, upayakan pengaturan perjalanan yang optimal.

"Upayakan saat Anda berangkat dalam kondisi sudah melakukan vaksinasi Covid-19 dosis lengkap, dan tidak lebih dari 7 bulan dari suntikan dosis kedua vaksin tersebut," kata Dicky.

Untuk orang yang berusia di atas 50 tahun dan di bawah 12 tahun, sebaiknya hindari dulu perjalanan berlibur selama nataru, meskipun di dalam negeri. Hal ini dikarenakan, orang dengan usia lanjut 50 tahun ke atas umumnya memiliki banyak faktor risiko keparahan jika terinfeksi, apalagi jika ada penyakit komorbid.

Yang juga penting adalah disiplin protokol kesehatan yang ketat bagi siapapun yang akan melakukan perjalanan. Protok kesehatan wajib dilakukan semua orang dan di mana pun, terutama saat berada di luar rumah.

Pengetatan protokol kesehatan di tempat publik

 Pengetatan protokol kesehatan ini tentunya juga harus ditegakkan dan ditegaskan di setiap kawasan publik yang masih buka saat nataru nanti, dan ini harus dengan pengawasan dari pemerintah.

Protokol kesehatan di transportasi

Saat melakukan perjalanan baik dengan menggunakan bus, kereta, mobil pribadi, ataupun pesawat, setiap individu harus sudah divaksin Covid-19 lengkap dan menjaga protokol kesehatan dengan benar. Namun, pihak pemilik penyediaan jasa transportasi juga harus menjaga kebersihan dan higienisitas ruangan transportasi yang dimiliki.  

Selain itu, pastikan seluruh penumpang dan awak penumpang transportasi tersebut sudah mendapatkan keterangan negatif dari Covid-19 dengan menggunakan Rapid Tes Antigen ataupun RT PCR.

Jangan pergi kalau sakit

Untuk siapa saja yang bahkan sudah memiliki tiket pesawat untuk bepergiaan saat nataru, jika Anda mengalami kondisi tidak enak badan atau sedang sakit, maka tunda atau batalkan untuk bepergian. Baik itu bepergian dengan kendaraan pribadi, maupun kendaraan umum.

Hal ini untuk menghindarikan Anda dari risiko tinggi tertular Covid-19 karena kondisi tubuh yang sedang rentan, ataupun menghindari orang lain tertular penyakit yang sedang Anda derita.

Jangan liburan ke luar negeri

Terakhir, pertimbangkan untuk tidak iburan atau bepergian ke luar negeri ketika nataru nanti. Jika Anda belum memiliki rencana, dan belum membeli tiket bepergian, sebaiknya saat ini tidak membuat rencana perjalanan untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV/Kompas.com


TERBARU