Peringatan Hari Guru Nasional 2021 dalam Google Doodle: Ceria dan Penuh Warna
Sosial | 25 November 2021, 08:16 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam rangka turut memperingati Hari Guru Nasional 2021, mesin pencarian Google tampil sedikit berbeda dengan doodle khusus untuk hari ini, Kamis (25/11/2021).
Google doodle edisi Hari Guru Nasional kali ini terlihat begitu ceria dan warna-warni dengan gambar lima ekor lebah serta seekor ulat di dalamnya.
Satu di antara lima ekor lebah tersebut tampaknya berlaku sebagai seorang guru dengan tubuh yang lebih besar, penambahan kaca mata, dan buku di tangannya.
Seakan tengah mengajarkan sesuatu kepada lebah-lebah kecil yang menjadi anak didiknya, dalam sebuah suasana menyenangkan karena berada di atas bunga-bunga.
Baca Juga: Hari Guru Nasional 2021: Sejarah Lahirnya PGRI hingga Diperingati Setiap 25 November
Selaras dengan Google doodle hari ini, tema dan logo peringatan Hari Guru Nasional 2021 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) pun menyiratkan kesan yang sama.
Melansir laman resmi Kemendikbud-Ristek, tema yang diusung untuk peringatan Hari Guru Nasional 2021 adalah "Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan".
Di samping itu, semarak peringatan Hari Guru Nasional 2021 kian terasa lewat logonya yang memiliki bentuk dasar hati dengan perpaduan warna-warna cerah.
Tak lupa, sebagai ungkapan terima kasih kepada guru-guru di Indonesia, Kemendikbud-Ristek akan menyelenggarakan Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Inspiratif Tahun 2021.
Baca Juga: Tema dan Logo Hari Guru Nasional 25 November 2021 Beserta Maknanya
Sejarah Hari Guru Nasional
Sementara itu, sejarah peringatan Hari Guru Nasional tak dapat dipisahkan dari berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada 25 November 1945 silam.
Berdasarkan informasi dari laman resmi PGRI, pendirian organisasi tersebut awalnya dipelopori oleh para guru pribumi pada zaman Belanda.
Tepatnya pada 1912, sebagai bentuk perjuangan, guru-guru masa itu mendirikan Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
PGHB lantas tumbuh organisasi bersifat unitaristik karena anggotanya terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan penilik sekolah yang umumnya bertugas di Sekolah Desa serta Sekolah Rakyat Angka Dua.
Meski berangkat dari banyak latar belakang yang bebeda-beda, PGHB tetap memiliki satu tujuan utama yakni memperjuangkan kesejahteraan para anggotanya.
Lalu, seiring berjalnnya waktu, muncul beberapa organisasi guru yang lain, seperti Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), dan Hogere Kweekschool Bond (HKSB).
Selain itu, ada pula organisasi guru yang bercorak keagamaan hingga kebangsaan, seperti Christelijke Onderwijs Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van Muloleerkrachten (VVM).
Namun, organiasi guru yang tak membedakan anggotanya berdasarkan golongan agama pun juga ada, contohnya yakni Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG).
Berkat perjuangan organiasi-organisasi tersebut, salah satu hasil yang dapat dilihat adalah mulai ada orang Indonesia yang menjadi kepala sekolah Hollandsch Inlandsche School (HIS).
Padahal sebelumnya wadah pendidikan setingkat sekolah dasar (SD) tersebut biasanya dipimpin oleh kalangan Belanda.
Baca Juga: 10 Link Twibbon Hari Guru Nasional 2021 Bertema Bergerak dengan Hati Pulihkan Pendidikan
Lepas itu, PGHB kemudian berganti nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) pada 1932, agar lebih mencerminkan semangat kebangsaan hingga pemerintah Belanda pun terkejut mendengarnya.
Akan tetapi, saat masa pendudukan Jepang, segala macam organisasi dilarang, sekolah ditutup, hingga PGI tidak dapat lagi melakukan aktivitasnya.
Sampai pada era setelah proklamasi 17 Agustus 1945, sebuah Kongres Guru Indonesia digelar di Kota Surakarta (Solo), 24-25 November 1945.
Dalam kongres tersebut, mereka sepakat menghapus segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku.
Sejak saat itu, pada 25 November 1945, kongres sepakat untuk mendirikan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, pemerintah pun menetapkan hari lahir PGRI itu sebagai Hari Guru Nasional untuk menghormati perjuangan para guru.
Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV