> >

Kisah Politikus DPR Penuh Teladan dan Jenderal Bintang Empat yang Sederhana

Sosok | 24 November 2021, 15:48 WIB
Ketua MPR/DPR 1971-1977 Idham Chalid (kiri) dan Panglima TNI 1978-1983 Jenderal M Jusuf (Sumber: nu.or.id dan Kompasiana.com-)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Perseteruan antara anggota Komisi III dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan dengan perempuan bernama Anggiat Pasaribu yang mengaku keluarga jenderal, menyita perhatian publik. 

Di media sosial, sosok Arteria banyak disebut terkena karma karena pernah memarahi mantan Menteri Emil Salim yang usianya sudah sepuh. Sementara Anggiat pun banyak dinilai tidak pantas karena marah dengan membawa-bawa pangkat keluarga.

Di luar sosok tersebut, Indonesia memiliki banyak pelaku sejarah dari politikus di DPR hingga jenderal bintang empat yang namanya terus dikenang karena darma bakti dan sikapnya. Misalnya, politikus yang pernah duduk di tiga partai, Masyumi, Partai NU, hingga PPP yaitu KH Idham Chalid. 

Lelaki kelahiran 27 Agustus 1921 di Kotabaru, Kalimantan Selatan, ini pernah duduk sebagai Ketua MPR/DPR dari PPP periode 1971-1977. 

Kisah Idham Chalid sebagai politikus di DPR sudah cukup banyak diulas dalam beberapa buku. Salah satunya buku karya Ahmad Muhajir Idham Chalid Guru Politik Orang NU. Dalam buku tersebut disebutkan, Idham Chalid adalah sosok politikus pintar, pandai orasi namun rendah hati.

Baca Juga: Wanita Mengaku Anak Jenderal yang Cekcok dengan Arteria Dahlan Akan Diperiksa Polisi Besok

Bahkan sosok seperti KH Zainuddin MZ dan KH Syukron Makmun tercatat pernah berguru kepada Idham Chalid. Pergaulannya pun luas melintasi sekat agaman dan partai politik. 

Dalam buku tersebut disebutkan, Idham adalah sosok yang dekat dengan Presiden Soekarno. Ketika Soekarno setelah G30S, Idham Chalid adalah orang yang dua kali dibawa masuk kabinet Dwikora bentukan Sukarno sebagai waperdam. 

Namun setelah Sukarno lengser, Idham Chalid, yang juga menjabat Ketua Umum PBNU, memiliki hubungan dekat dengan Presiden Soeharto. Bahkan Soeharto mempercayainya untuk duduk sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dari 1968 hingga 1973. 

Atas jasanya kepada bangsa, pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional pada  November 2011 silam. Idham Chalid meninggal pada 10 Juli 2010 dalam usia 88 tahun.  

Pada era yang hampir bersamaan, Indonesia juga memiliki seorang panglima TNI yang namanya sangat lekat di benak masyarakat, yaitu Jenderal Muhammad Jusuf atau bisa disapa M Jusuf saja.

Jenderal Jusuf menjabat pada era 1978-1983. Salah satu memori yang banyak diketahui adalah sosoknya yang sederhana dan sangat perhatian pada prajurit.

Menurut kesaksian para prajurit kala itu, Jenderal Jusuf tak pernah makan malam di restoran mewah. Apa yang dimakan prajurit, itu juga yang dimakan Jenderal Jusuf.

Waktunya tidak dihabiskan untuk bermain golf. Dia menghabiskan waktunya untuk berkeliling dari satu barak ke barak lain untuk melihat secara langsung kondisi prajurit di lapangan.

Wartawan senior Atmadji Sumarkidjo menuliskan kesaksiannya dalam buku Jenderal Jusuf, Panglima Para Prajurit terbitan Kata Hasta Pustaka tahun 2006.

Dalam buku disebutkan, Jenderal Jusuf paham kebutuhan antara satu pasukan dan pasukan lain berbeda. Misalnya, saat dia meninjau asrama di Ambon yang kondisinya sangat menyedihkan. Bocor di sana-sini, bangunannya pun nyaris ambruk. 

Baca Juga: Terkait Cekcok di Bandara, Polres Soetta Bakal Periksa Arteria Dahlan Minggu Depan

Hal itu sampai membuat jenderal bintang empat itu berpikir keras. "Aku tak sampai hati melihatnya. Kalau harus dipindahkan ke mana ya?" kata Jenderal Jusuf. 

Maka segera saja dia panggil Gubernur Maluku Hasan Slamet. Atas campur tangan gubernur, asrama tentara tersebut dapat dipindahkan ke lokasi yang lebih baik dan dibangun hingga layak ditinggali.

Jenderal Jusuf meninggal pada 8 September 2004.

 

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU