Nataru Belum Tiba, Sudah Ada Sinyal Kenaikan Covid-19 di Jawa-Bali Di Tengah Pelonggaran
Update corona | 17 November 2021, 11:34 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Belum juga libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) tiba, di beberapa wilayah Indonesia sudah ada sinyal kenaikan kasus Covid-19. Dalam hal ini yang paling disoroti adalah wilayah Jawa-Bali.
Ketua Bidang Komunikasi Publik Satgas Covid-19 Heri Trianto mengatakan, yang memang harus diperhatikan saat ini adalah kewaspadaan karena Covid-19 masih ada.
“Ada beberapa kenaikan yang secara mikro kita cek seperti di Jawa-Bali ada kenaikan kasus. Di Jawa Tengah ada 14 kab/kota, di Jawa Timur ada 12 kab/kota, Jawa Barat 8 kab/kota, kemudian Yogyakarta, Bali, Banten ada 1 kab/kota,” terang Heri di Sapa Indonesia Pagi Kompastv, Rabu (17/11/2021).
Hal tersebut yang kemudian menjadi bahan refleksi bagi Satgas Covid-19 di daerah untuk memantau lebih detail penyebab dan memastikan ini agar tidak terjadi ledakan kasus. Apalagi saat ini mobilitas masyarakat Indonesia sudah kembali ke seblum kondisi PPKM.
Dengan demikian, Heri mengatakan, nanti tetap akan ada pengetatan jelang Nataru. Apabila akan melakukan perjalanan, sebaiknya dilakukan secara sporadis agar mudah dikendalikan.
“Kita gak boleh jumawa, gak boleh euforia, pakai masker tetap dilakukan, kemudian harus cepat-cepat dilakukan vaksin. Selain itu, jangan pernah merasa sudah aman sebelum dinyatakan WHO pandemi ini selesai karena semua kemungkina masih bisa terjadi,” tuturnya.
Terkait permasalahn ini juga, baru-baru ini terdapat penelitian dari Health Collaborative Center (HCC) yang menunjukkan, perilaku pencegahan Covid-19 pada orang yang belum divaksin lebih jelek dibanding yang telah divaksin.
Baca Juga: Waspada! Kasus Covid-19 di 37 Daerah Jawa-Bali Meningkat Sepekan Terakhir, Jateng Tertinggi
Begitu juga sebaliknya, orang yang sudah melakukan vaksinasi Covid-19 cenderung lebih baik dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) dibandingkan dengan yang enggan dan belum divaksin.
"Orang yang belum atau tidak mau divaksin memiliki skor perilaku pencegahan Covid-19 yang secara signifikan lebih jelek dibanding orang yang sudah divaksin," jelas Pendiri Health Collaborative Center (HCC) Ray Wagiu Basrowi dalam kesempatan yang sama.
Lebih lanjut, ia menerangkan, khusus dari penelitian ini menunjukkan ada 35 persen responden dari 1.880 responden yang diwawancari secara daring tidak mau atau belum divaksin. Dari angka ini, diketahui pula mereka yang belum vaksin justru berpotensi untuk tidak taat prosedur kesehatan (prokes), cenderung mengabaikan pembatasan berjarak, lebih malas untuk tidak menggunakan masker dan cuci tangan, serta cenderung tidak khawatir dengan penyakit Covid-19.
Adapun, Ppenelitian ini dilakukan pada 1880 orang dewasa dari 24 provinsi melalui metode cross-sectional study secara online sepanjang Agustus hingga Oktober 2021.
Prinsip penelitian ini mengidentifikasi Skor Covid-19 Prevention Behaviour Index (CPBI Scoring) orang Indonesia terkait perilaku kesehatan dan pencegahan Covid-19 selama masa pandemi. Skor Covid-19 CPBI merupakan kuisioner yang dijadikan standar untuk menggambarkan kondisi sebenarnya dalam mengidentifikasi perilaku pencegahan Covid-19 di suatu komunitas.
Jadi, semakin angka skor CPBI tinggi, maka tindakan atau perilaku pencegahan Covid-19 semakin membaik, dan begitu pula sebaliknya.
“Yang dikhawatirkan dari temuan ini adalah, meskipun mayoritas orang Indonesia sudah divaksin, tetapi kalau masih ada orang yang secara sadar tidak mau divaksin, mereka ini cenderung untuk tidak taat prokes dan perilaku pencegahannya jelek secara signifikan. Nah, mereka ini tetap bisa menjadi agen penular Çovid-19,” tutur Ray.
Sementara, Dewan Pakar IAKMI Hermawan Saputra mengatakan, yang menjadi fokus bukan hanya penularan dan mencegah kenaikan kasus Covid-19 tetapi kemunculan varian baru seperti Delta dan lainnya.
“Apalagi menjelang akhir tahun ini, kampanye pengetatan dan aturan semakin dilonggarakan. Ini jadi lebih berbahaya,” pungkasnya.
Untuk itu yang paling harus menjadi perhatian dan diwanti-wanti adalah munculnya varian lokal virus Covid-19 yang cukup agresif.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV