Sosok Rohana Kuddus, Pahlawan Nasional dan Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
Sosok | 9 November 2021, 16:01 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ruhana Kuddus atau Rohana Kuddus ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2019.
Adapun penetapan dilakukan berdasarkan pertemuan Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dengan Presiden Joko Widodo pada 6 November 2019 lalu.
Selain itu juga, penetapan Ruhana Kuddus sebagai Pahlawan Nasional juga berdasar pada Surat Menteri Sosial Rl nomor :23/MS/A/09/2019 tanggal 9 September 2019.
Penobatan gelar itu dilakukan dalam acara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara pada tanggal 8 November 2019.
Kemensos turut mengundang Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, dan juga sejumlah ahli waris dari Ruhana Kuddus.
Baca Juga: Google Doodle Mengenang Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama yang Jadi Pahlawan Nasional
Tentang Rohana Kuddus
Rohana Kuddus merupakan jurnalis perempuan pertama asal Sumatera Barat. Meski namanya tidak setenar Kartini, Rohana Kuddus tercatat memiliki kontribusi besar bagi perempuan di Indonesia.
Dikenal sebagai jurnalis perempuan pertama asal Sumatera Barat, Rohana lahir di Kotagadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 20 Desember 1884.
Diketahui Rohana Kuddus mempunyai nama asli, yaitu Siti Ruana. Dirinya merupakan putri Mohamad Rasjad Maharadja Soetan (Ayahnya) dan Kiam (Ibu).
Adapun darah Jurnalis Rohana langsung diturunkan dari sang ayah yang merupakan seorang wartawan.
Meskipun tidak mengecap pendidikan formal, perempuan berdarah Minangkabau tersebut tetap bisa belajar membaca dan menulis dari buku yang selalu dibawakan sang ayah sepulang bekerja.
Bahkan, Rohana terbilang mampu menguasai banyak bahasa asing. Mulai dari bahasa Belanda, Arab, Latin, dan Arab Melayu.
Kemampuan itu makin mahir, terlebih saat ayahnya dipindahtugaskan ke Alahan Panjang.
Hal itu disebabkan Rohana bertetangga dengan isteri pejabat Belanda yang suka rela mengajarinya menjahit, merajut, dan menyulam.
Hobi membaca, saat kecil Rohana diketahui mendapat kebebasan dalam membaca. Biasanya, dia membaca majalah terbitan Belanda yang memuat berita politik, gaya hidup, serta pendidikan di Eropa.
Ketika Rohana sudah berusia 17 tahun, ia harus tingggal dengan sanak familinya di Koto Gadang karena ayahnya mulai dinas di Kota Medan, Sumatra Utara.
Sebagai anak perempuan pertama dari enam bersaudara, Rohana menjadi sosok yang mandiri.
Baca Juga: Hari Pahlawan 2021: Mengenang Pahlawan Revolusi Indonesia
Rohana remaja masih membiasakan diri untuk menarik perhatian dengan menawarkan cerita-cerita kepada anak-anak perempuan yang bahkan lebih tua dari dirinya.
Kritis Terhadap Persoalan Perempuan
Di masa pertumbuhan sejak kecil sampai remaja, Rohana sudah mulai kritis terhadap kondisi perempuan di Koto Gadang. Pada usia 24 tahun, Rohana kembali ke kampung halaman dan menikah dengan seorang notaris bernama Abdul Kudus.
Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi. Rohana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.
Kemudian, kiprah Rohana di dunia jurnalistik dimulai dari surat kabar Poetri Hindia pada 1908 di Batavia. Koran ini dianggap sebagai koran perempuan pertama di Indonesia.
Rohana dinilai sebagai perempuan Indonesia pertama yang secara sadar memerankan dirinya sebagai seorang jurnalis. Dia bersedia meliput berita sekaligus menulis untuk kemudian dikirimkan ke media massa.
Sebelum mendirikan surat kabar Soenting Melajoe ia berkiprah di surat kabar Oetoesan Melajoe yang sudah terbit sejak 1911.
Pengalamannya mendapat apresiasi dari Datoek Soetan Maharadja alias DSM, pemilik Oetoesan Melajoe yang kemudian mendukung Rohana menerbitkan Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
Tak hanya itu, kiprah Rohana di dunia perempuan juga dikenal karena berhasil mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah Kerajinan Amai Setia.
Mungkin tak banyak yang tahu, Rohana Kudus adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama dan juga bibi dari penyair Chairil Anwar. Dia juga merupakan sepupu dari KH Agus Salim.
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV