Mengenal Agus MD, Master Gasing Indonesia yang Pernah Tolak Tawaran Jadi Pelatih di Malaysia
Sosok | 7 November 2021, 20:36 WIBPANGKALPINANG, KOMPAS.TV - Gasing merupakan salah satu permainan tradisional yang membutuhkan keterampilan dan penguasaan teknik yang jitu untuk memainkannya.
Indonesia sendiri memiliki seorang master gasing bernama Agus MD (62) yang berasal dari Bukit Merapin, Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Meski usianya tak lagi muda, tangan Agus masih nampak begitu cekatan untuk memainkan sebuah gasing.
Mulai dari melilitkan tali hingga melemparkan gasing ke atas tanah dalam satu kebasan, Agus masih bisa melakukannya dengan mudah.
Baca Juga: Belajar Main Gasing, Lestarikan Permainan Tradisional
Menurut Agus, selain ikut melestarikan budaya, bermain gasing itu juga bisa menjadi bentuk kesenangan tersendiri bagi para pemainnya.
Terlebih ketika para pemain saling beradu kekuatan gasingnya dengan menunjukan teknik memukul gasing lawan yang sedang berputar supaya terbelah.
Teknik tersebut tentunya hanya bisa dilakukan oleh para pemain yang sudah berpengalaman dengan tingkat presisi mumpuni.
"Inilah keseruan bermain gasing, yang bisa menang dan menghancurkan gasing lawan disebut raja gasing," kata Agus, dikutip dari Kompas.com, Minggu (7/11/2021).
Baca Juga: Belajar Sejarah dan Budaya Jawa Lewat Permainan Papan Lingkar Bregada
Cita-Cita Mengenalkan Gasing hingga Diakui Dunia
Tak sekadar diakui sebagai master gasing, berkat keahliannya, Agus juga mendapatkan kehormatan menjadi ketua Persatuan Gasing Indonesia (Pergasi).
Dengan kesempatan itu, Agus pun mengaku, suatu saat ingin menjadikan gasing sebagai permainan kelas dunia yang bisa dipertandingkan secara profesional.
Untuk itu, sebagai permulaan, Agus sempat beberapa kali hadir dalam sebuah pertemuan di tingkat ASEAN yang membahas tentang standarisasi permainan gasing.
Agus mengungkapkan, para pemerhati gasing tingkat ASEAN terakhir kali mengadakan pertemuan pada 2005 silam, tepatnya di Pahang, Malaysia.
Akan tetapi, pertemuan tersebut berakhir deadlock, lantaran masing-masing pihak belum bisa menerima standarisasi permainan gasing dari daerah lain.
Baca Juga: Deretan Permainan di 'Squid Game' yang Mirip dengan Dolanan Tradisional Indonesia
"Waktu itu perwakilan dari Malaysia (berpendapat bahwa standar permainannya adalah) memutar gasing secara serentak, kemudian diperbolehkan memukul gasing mati (berhenti berputar)," ujar Agus.
"(Standar permainan) ini yang saya tidak terima. Kemudian permainan gasing juga sebaiknya diukur dari berat, bukan besar kecilnya," imbuhnya, seraya menekan bahwa perlu ada sistem poin dalam permainan gasing.
Imbas dari pertemuan yang belum menghasilkan kesepakatan itu, eksibisi gasing tingkat ASEAN dengan terpaksa mesti ditunda dulu.
"Hampir 16 tahun lamanya masih deadlock yang level ASEAN. Mudah-mudahan nanti (pertemuannya) bisa dibuka lagi di Bangka Belitung," harap Agus.
Di samping itu, Agus tetap berusaha mengenalkan gasing ke kancang dunia dengan mengikuti sejumlah pameran di beberapa negara.
"Terakhir, Februari 2019, kami pameran di Prancis. Mulai dari pembuatan hingga permainan, itu yang ditampilkan," ujar Agus yang memiliki bengkel khusus untuk pembuatan gasing di rumahnya.
Baca Juga: Bikin Bangga, Batik Motif Biota Laut Mejeng di Expo 2020 Dubai, Pemerintah: Representasi Indonesia
Pernah Tolak Tawaran Jadi Pelatih Gasing di Malaysia
Sebelumnya, tepatnya pada 2003, Agus membeberkan bahwa dirinya pernah mendapat tawaran menjadi pelatih gasing dari salah seorang perwakilan Malaysia.
"Mereka menawari saya fasilitas dan (uang senilai) 20.000 ringgit agar standarisasi gasing (mereka) disepakati dan saya melatih di sana (Malaysia), tapi saya tolak," ungkap Agus.
Agus menuturkan, penolakan itu dilakukannya semata-mata untuk mempertahankan jati diri bangsa.
Kendati demikian, Agus menganggap tawaran itu sebagai sesuatu yang wajar, karena Malaysia termasuk negara begitu getol dalam urusan permainan gasing.
Bahkan, Negeri Jiran tersebut tak hanya melihat gasing sebagai permainan tradisional yang sarat akan ajang kompetisi, namun juga memiliki nilai jual tinggi untuk sektor pariwisatanya.
Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas.com