> >

Dosen Peternakan UGM Meninggal di Lokasi Ini, Berikut Kondisi Tol Cipali yang Sudah Berumur 6 Tahun

Peristiwa | 5 November 2021, 10:41 WIB
Ilustrasi Kecelakaan di Tol Cipali yang terjadi di KM 150+300. Di tol Cipali, Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) UGM Yogyakarta Prof Ir Gede Suparta Budisatria meninggal dunia usai kendaraan yang ditumpanginya terlibat kecelakaan lalu lintas, Kamis (4/11/2021). (Sumber: Istimewa/Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pada Kamis (4/11/2021) dini hari, kecelakaan lalu lintas kembali terjadi di Jalan Tol Cipali.  

Kali ini, Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Ir I Gede Suparta Budisatria meninggal dunia karena kecelakaan di tol tersebut.

Kecelakaan diketahui terjadi di Tol Cipali Km 113. 

Kecelakaan maut tersebut menambah daftar panjang kecelakaan lalu-lintas di Tol Trans Jawa itu. Pada Oktober 2021 ini saja tercatat dua kecelakaan maut. 

Pertama, terjadi di ruas jalan Tol Cipali, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka Ppada Jumat (29/10), dan menyebabkan satu orang tewas dan dua lainnya mengalami luka-luka.

Sebelumnya, Rabu (20/10), sebuah mobil travel juga terperosok di parit di Tol Cipali Kilometer 92, Kalijati, Subang, dan menyebabkan satu orang tewas.

Sementara itu, seperti dilansir dari Kompas.com, sepanjang tahun 2020, terjadi tujuh kecelakaan maut di Tol Cipali yang menyebabkan puluhan orang tewas.

Kecelakaan terparah terjadi di Km 78 pada Senin (30/11/2020) dan menyebabkan 10 orang tewas.

Baca Juga: Kecelakaan di Tol Cipali Tewaskan Dekan Dapet UGM, Keluarga Dapat Santunan Jasa Raharja

Lalu, bagaimana sebenarnya kondisi ruas Tol Cipali sehingga kerap banyak penggunanya yang meregang nyawa.

Kondisi Tol Cipali

Jalan Tol Cikampek-Palimanan (Cipali) yang konsesinya dimiliki oleh Astra Tol Cipali merupakan salah satu ruas tol terpanjang yang menjadi bagian dari jaringan Tol Trans-Jawa. 

Kehadirannya dianggap sangat penting karena berhasil mengurai kemacetan yang kerap terjadi di jalur pantai utara (pantura). 

Pada ruas tol tersebut memiliki tujuh simpang susun yang akan menghubungkan sejumlah ruas jalan, antara lain ruas Cikopo, Kalijati, dan Subang. 

Konstruksi fisik Jalan Tol Cipali telah selesai pada Juni 2015 dan pertama kali digunakan oleh pemudik pada Lebaran 2015. Artinya, kini ruas tol tersebut telah berumur enam tahun.  

Dengan beroperasinya Jalan Tol Cipali, kepadatan di jalan pantai utara Jawa bisa berkurang hingga 50 persen.

Apalagi selama ini kendaraan dari arah Jakarta menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih banyak melintasi jalur pantura sehingga beban jalur ini melebihi kapasitas seharusnya. 

Ruas jalan Tol Cipali memiliki panjang 116,8 kilometer. Proyek senilai Rp12,5 triliun itu dikerjakan sejak awal 2013. 

Jalan Tol Cipali mulai dikerjakan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu, Tol Trans-Jawa direncanakan selesai dalam 10 tahun.

Baca Juga: Dekan Fakultas Peternakan UGM Meninggal dalam Kecelakaan Maut di Tol Cipali KM 113

Merespon banyak kecelakaan di Tol terpanjang di Jawa tersebut, Astra Tol Cipali melakukan upaya-upaya peningkatan keselamatan, di antaranya memasang marka speed reducer yang berfungsi sebagai marka peringatan bagi pengguna jalan agar tetap fokus dan waspada saat berkendara. 

Inovasi tersebut telah dipasang sepanjang 8 kilometer pada ruas Tol Cipali pada 2020, sekaligus marka peringatan yang diaplikasikan pertama dan satu-satunya di jalan tol Indonesia. 

Pengelola juga menyebut rutin mengampanyekan Toll Road Safety Culture bersamaan dengan penindakan operasi speed gun oleh kepolisian bagi kendaraan yang melanggar batas kecepatan maksimum 100 kilometer per jam. 

Selain itu, pihak pegelola kerap menempel 100 sticker reflector agar dapat terlihat pada malam hari bagi kendaraan yang tidak memiliki stiker di bagian belakang kendaraan. 

"Upaya-upaya Astra Tol Cipali untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan Tol Cipali terangkum dalam program 3E: Engineering, Education dan Enforcement," ujar CEO Toll Road Business Group Astra Infra Krist Ade Sudiyono dilansir dari Kompas.com.

Melalui program tersebut, Astra Toll Cipali juga memasang dua alat timbang kendaraaan Weight in Motion (WIM) di Km 74 dan Km 178.

Demikian bertujuan untuk mendeteksi berat kendaraan yang melintas di ruas tol tersebut. 

Kemudian, perusahaan juga melakukan pemasangan wire rope atau sling baja yang mampu menahan beban kendaraan sampai dengan 80 ton dan berfungsi sebagai pembatas jalan. Saat ini, total sling baja yang terpasang sekitar 65 kilometer. 

Di jalan Tol Cipali juga dipasang rumble dot sepanjang 35 kilometer yang berfungsi sebagai garis kejut untuk mengingatkan kewaspadaan dalam berkendara. 

Astra Tol Cipali mengimbau kepada pengguna jalan agar memperhatikan kondisi kendaraan dan kondisi fisik ketika akan memulai perjalanan. 

Para pengguna jalan juga dianjurkan beristirahat di delapan Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP) atau rest area yang telah disediakan di sepanjang ruas Tol Cipali apabila sudah berkendara selama empat jam atau merasa lelah dan mengantuk.

Baca Juga: Kronologi Kecelakaan Guru Besar UGM di Tol Cipali yang Mengakibatkan Dekan Peternakan Meninggal

Penulis : Hedi Basri Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas.com


TERBARU