> >

Harga Tes PCR Turun Gara-Gara Dua Faktor Ini, Apa Saja?

Sapa indonesia | 3 November 2021, 05:05 WIB
Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo mengatakan hukum permintaan dan penawaran serta jumlah laboratorium penyedia layanan tes PCR menjadi penyebab perubahan harga tes PCR. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Hukum permintaan dan penawaran serta bertambahnya jumlah laboratorium penyedia layanan tes PCR menjadi dua faktor yang menyebabkan harga tes PCR turun.

Penjelasan itu disampaikan oleh Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo dalam Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Selasa (2/11/2021).

Abraham mengatakan, selama ini penentuan harga tes PCR ditetapkan melalui penelitian dan audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), bukan keputusan satu atau dua orang.

Harga PCR pun disebutnya bisa diakses langsung oleh masyarakat secara terbuka, sebab pengadaannya melalui e-Catalog.

“Jadi aspek transparansi kita kedepankan. Sedangkan perubahan harga, jadi setiap perubahan harga, ketika Rp2 juta dari audit BPKP, ketika Rp1 juta dari audit BPKP. Intinya apa? Pemerintah ingin menjaga integritas terkait penentuan harga tersebut,” urainya.

Harga tes PCR berubah-ubah, kata Abraham, karena pada awal pandemi hanya ada satu laboratorium yang bisa melakukan tes PCR dan berada di Jakarta.

Sehingga, sampel-sampel dikirim dari luar Jawa ke Jakarta untuk tes PCR.

Tetapi, saat ini sudah ada 742 laboratorium yang bisa melakukan tes PCR. Adanya perubahan kompetisi, imbuhnya, menyebabkan harga menjadi lebih kompetitif.

Baca Juga: Komisi IX DPR: Kalau Antigen Diakui, Kenapa Harus Wajibkan Orang Pakai PCR?

“Selanjutnya juga ada hukum permintaan dan penawaran atau supply and demand. Sebagaimana masyarakat ketahui, pada saat kasus sedang meningkat tinggi, maka demand atau permintaan untuk PCR di global tidak hanya terjadi di Indonesia namun di berbagai negara. Oleh karena itu, harganya bisa tinggi saat itu.”

Saat ini kasus sedang melandai, kata Abraham, oleh karena itu harga juga bisa semakin kompetitif.

Dia menyamakan hal ini dengan tingginya harga masker di awal pandemi. Pada saat itu, kata Abraham, produsen masker jumlahnya terbatas, sedangkan permintaan masyarakat untuk masker sangat tinggi. Oleh karena itu, harga masker jadi sangat tinggi.

Abraham menambahkan, dulu Indonesia hanya bisa mengimpor alat tes PCR. Namun sejak tahun ini, Indonesia telah membuat alat tes PCR sendiri.

Saat pembawa acara Sapa Indonesia Malam, Aiman, menanyakan kenapa harganya tidak langsung turun, Abraham menyebut ada proses yang harus dilalui.

Jika ingin membandingkan harga tes PCR di Indonesia dengan negara lain, menurut Abraham, yang paling wajar adalah membandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN yang memiliki situasi yang serupa dengan Indonesia.

“Indonesia itu harga PCR-nya sudah termurah kedua dari Vietnam,” ujarnya.

Dia mengatakan tidak melakukan perbandingan dengan India atau Amerika Serikat karena ada perbedaan kesiapan infrastruktur pada awal pandemi.

Baca Juga: Sorotan: Dugaan Praktik Mafia Bisnis Tes PCR, Sejumlah Pejabat Disebut Terlibat

Kata Abraham, AS, India, dan China merupakan negara eksportir terbesar alat tes PCR. Sehingga wajar kalau di negara-negara itu harganya lebih terjangkau.

“Pandemi itu datang. Lalu karena ada kebutuhan untuk testing, maka pemerintah dalam upaya melindungi masyarakat ingin meningkatkan jumlah testing. Oleh karena itu testing PCR kita tingkatkan,” jelasnya.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU