> >

Akhir Tahun 2021 Waspadai La Nina, Berdampak ke Petani dan Nelayan

Peristiwa | 31 Oktober 2021, 09:06 WIB
Ilustrasi cuaca ekstrem akibat kondisi iklim La Nina. (Sumber: The Straits Times)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mulai memperingatkan masyarakat Indonesia terutama nelayan dan petani terhadap dampak La Nina.

Fenomena La Nina ini diprediksi terjadi pada akhir tahun 2021 hingga Februari 2022. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan ancaman La Nina berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi.

Bencana tersebut berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, lainnya.

Oleh karena itu, Dwikorita mengimbau kepada setiap daerah untuk melakukan mitigasi dan antisipasi La Nina.

Baca Juga: 5 Wilayah di Jateng Diminta Waspada Curah Hujan Tinggi akibat La Nina, Potensi Banjir hingga Longsor

"Mohon kepada daerah untuk tidak menyepelekan peringatan dini La Nina ini. Jangan sampai melupakan upaya mitigasi dan fokus pada penanggulangan pasca kejadian. Mitigasi yang komprehensif akan bisa menekan jumlah kerugian dan korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi," ujar Dwikorita dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/10/2021).

Menurut Dwikorita, yang paling terdampak La Nina dalam sektor pangan adalah nelayan dan petani. 

Ia menyebut, dalam hal ini petani, kualitas hasil produk bisa saja berkurang karena tingginya kadar air.

Sementara itu, pada nelayan, Dwikorita mengimbau untuk mengantisipasi penurunan kuantitas hasil tangkapan ikan.

Hal ini karena nelayan tidak akan bisa melaut akibat gelombang tinggi dan badai sehingga hasil melaut tak akan maksimal.

Peringatan Dini Fenomena La Nina

Sebelumnya, BMKG telah menyampaikan peringatan dini untuk waspada datangnya La Nina menjelang akhir tahun ini. 

La Nina adalah sebuah fenomena alam penurunan Suhu Muka Laut (SML) yang menyebabkan udara terasa dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi. 

Baca Juga: La Nina di Depan Mata Ancam Pertanian, Kementan Siapkan Sejumlah Strategi

"Peringatan dini yang dikeluarkan bukan untuk menakut-nakuti, melainkan jeda waktu yang bisa dimanfaatkan utnuk mempersiapkan segala sesuatunya, mengingat fenomena cuaca dan iklim bisa diprakirakan," tutur Dwikorita.

Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021. 

Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang menjadi La Nina yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah - sedang, setidaknya hingga Februari 2022.

Penulis : Dian Nita Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV/BMKG


TERBARU