Peringati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 202, Muhammadiyah Ajak Bersih-bersih dari Perpecahan
Peristiwa | 28 Oktober 2021, 14:04 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah) Haedar Nashir mengajak seluruh elemen bangsa untuk turut bersih-bersih dari segala perpecahan dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada hari ini, Kamis 28 Oktober 2019.
Haedar juga mengingatkan, pemuda adalah tonggak sejarah Indonesia. Tanpa adanya para pemuda ini, kata Haedar, belum tentu ada Indonesia.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu lantas menjelaskan, pada peringatan Sejarah Hari Pemuda ke-93 tahun ini hendaknya menjadi inspirasi untuk ke depan. Salah satunya dengan menghilangkan ego dan perpecahan.
“Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan selamat Sumpah Pemuda ke-93 dengan tema Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh. Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia ketika kaum muda Indonesia dengan semangat progesif dan integritas keindonesiaan yang luarbiasa telah hadir menjadi kekuatan perekat yang mendeklarasikan satu Indonesia,” kata Haedar Nashir pada Rabu malam (27/10) sebagaimana dikutip KOMPAS TV dari situs resmi Muhammadiyah.
Baca Juga: Muhammadiyah Gelar Vaksinasi Lintas Agama, Haedar Nashir: Usaha Kolektif Melawan Covid-19
Haedar juga menjelaskan, katanya, sesungguhnya sumpah pemuda merupakan tonggak untuk persatuan Indonesia bangkit melawan penjajah menuju kemerdekaan. Bahkan, menurutnya, di level praktis isu terkini seperti soal Sumber Daya Alam dan lingkungan para pemuda bisa kut berkontribusi agar tidak tertinggal dengan negara lain.
“Setelah 97 tahun, maka tentu kaum muda Indonesia perlu melakukan refleksi diri agar tetap menjadi kekuatan yang mampu memaksimalkan potensi bangsa baik potensi Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alam, agar kita mampu mengejar ketertinggalan dari bangsa yang sudah maju,” tutur Haedar.
Baca Juga: Di Hadapan Paus di Vatikan, Abdul Mu’ti Jelaskan Peran Muhammadiyah Melawan Krisis Lingkungan
Kenapa ini persatuan ini penting? Haedar lantas menjelaskan, ditakutkan jika tidak bersatu lagi maka akan jadi perpecahan bangsa.
"Saat ini kita menghadapi benih-benih perpecahan yang niscaya harus kita hadapi bersama. Persatuan adalah harga termahal dari sebuah masa depan dan eksistensi bangsa. Bangsa-bangsa besar akan hancur ketika pecah, sebaliknya bangsa akan menjadi maju karena bersatu,” tambahnya.
Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 25 Februari 1958 juga menjelaskan soal kebangkitan bangsa ini. Kata dia, kebangkitan dan bertumbuh menjadi bangsa yang maju dan jaya kuncinya ada di pemuda.
“Maka pemuda Indonsia harus menjadi kekuatan yang prodyuktif, cerdas, menguasa iptek, dan menjadi kekuatan yang membangun hubungan sesama bahkan melintas batas,” ujarnya tegas.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV