Curhat Ibunda Rian Ardianto, Atlet Peraih Piala Thomas yang Berasal dari Bantul
Peristiwa | 18 Oktober 2021, 18:18 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Kemenangan Muhammad Rian Ardianto dan Fajar Alfian yang menumbangkan pasangan ganda putra China, He Ji Ting/Zhou Hao Dong, dengan skor 21-12 dan 21-19 dalam laga final Piala Thomas 2020 juga membuat warga Bantul bangga. Terutama, keluarga Rian yang ternyata warga Bopongan, Tanaman, Banguntapan, Bantul.
Umi Marwati, ibu dari Rian Ardianto, tak berhenti bersyukur anaknya mampu berprestasi dan mengharumkan nama bangsa di mata dunia. Perempuan berusia 54 tahun ini memang tidak secara langsung menyaksikan pertandingan di lapangan.
Ia menonton dari layar kaca di rumahnya dan mengajak anak-anak yang indekos di tempatnya untuk ikut mendukung.
Baca Juga: Menpora Minta Maaf Bendera Merah Putih Tak Berkibar di Thomas Cup 2020 Buntut Sanksi WADA
“Saya selalu mendoakan dan mendukung, kami juga selalu berkomunikasi di sela-sela kepadatan jadwalnya mengikuti kompetisi, bahkan satu set sebelum pertandingan dia selalu menghubungi saya,” ujar Umi, Senin (18/10/2021).
Rian menyukai bulutangkis sejak usia tujuh tahun. Ia tumbuh dari keluarga pencinta olahraga.
Ayahnya hobi bermain bulutangkis, sedangkan ibu dan kakak Rian penyuka voli. Rian pun mengikuti klub lokal bulutangkis sejak kecil.
Bakat Rian terlihat dengan kerap menjuarai berbagai kompetisi. Ketika duduk di bangku SMA kelas 2, ia pun bergabung dengan klub Jaya Raya Jakarta.
Sejak pindah ke Jakarta, Rian hidup jauh dari keluarga. Pada tahun lalu, hanya sekali ia pulang ke Bantul.
Sewaktu kecil, orang tuanya kerap menonton ia bertanding. Setelah dewasa, Rian tidak memberitahukan jadwal pertandingan kepada keluarganya.
“Kami nonton nyolong-nyolong, seperti Asian Games 2018 bisa nonton, kan di Istora, saya nonton bersama keluarga yang ada di Jakarta,” kata Umi.
Baca Juga: Menpora Minta Maaf Karena Absennya Bendera Merah Putih di Seremoni Penyerahan Thomas Cup 2020
Dari kemenangannya, Rian bisa menabung. Tabungannya digunakan untuk membeli tanah, merenovasi rumah orang tuanya, bahkan ia membangun kos-kosan di samping rumah keluarganya.
Orang tua Rian berharap anaknya bisa menduduki rangking satu dunia. Akan tetapi, Rian mengatakan peringkat satu dunia menanggung beban yang besar.
“Yang penting berjalan saja sesuai waktu sambil mengasah kemampuan, dan yang terpenting jangan sampai sombong,” ucap Umi.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV