> >

Menyikapi Indeks Pemulihan Covid-19 Indonesia yang Saat Ini Disebut Teratas di ASEAN oleh Nikkei

Kesehatan | 11 Oktober 2021, 04:05 WIB
Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah meninjau vaksinasi massal Covid-19. Laju percepatan vaksinasi, oleh Juru Bicara Vaksinasi Covid 19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, disebut sebagai salah satu faktor yang mendorong pemulihan Covid-19 di Indonesia menjadi semakin baik. Seperti halnya pada indeks pemulihan Covid-19 versi Nikkei. (Sumber: Suherdi/KompasTV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam daftar teranyar indeks pemulihan Covid-19 yang disusun Nikkei untuk 121 negara di dunia, Indonesia menempati peringkat teratas di kawasan Asia Tenggara.

Atau, secara keseluruhan, Indonesia berada di posisi 54 dunia bersama Yordania, Meksiko, dan Korea Selatan dengan skor yang sama yakni 54,5.

Penilaian tersebut, oleh Nikkei, dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek utama yakni manajemen infeksi, pemberian vaksin, dan mobilitas.

Lantas, dengan adanya indeks tersebut, bagaimana sikap yang mesti diambil oleh pemerintah maupun masyarakat supaya pemulihan kondisi akibat pandemi Covid-19 dapat terus membaik?

Baca Juga: Satgas Wanti-wanti Semua Pihak soal Potensi Gelombang Ketiga Covid-19 di Akhir Tahun

Faktor yang Pengaruhi Turunnya Kasus Covid-19 di Indonesia

Sebelum menanggapi lebih lanjut indeks pemulihan Covid-19 itu, ada baiknya membedah dahulu faktor-faktor yang memengaruhi penurunan kasusnya di Indonesia.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, terdapat peran multifaktor dalam upaya menurunkan angka infeksi virus Corona di Indonesia.

"Jadi, keberhasilan dalam menurunkan angka kasus Covid-19 dari lonjakan tertinggi, pada bulan Juli kemarin, adalah berkat multifaktor," kata Nadia dalam program Sapa Indonesia KOMPAS TV, Minggu (10/10/2021).

Nadia menyebutkan, faktor-faktor tersebut di antaranya yaitu laju percepatan vaksinasi dan pembatasan kegiatan ataupun mobilitas masyarakat.

1. Percepatan vaksinasi

Saat laju penambahan kasus Covid-19 di Indonesia cukup tinggi, Nadia mengungkapkan, pemerintah tak pernah berhenti mengupayakan percepatan vaksinasi bagi masyarakat.

"Artinya, walaupun terjadi peningkatan kasus, kami tetap berupaya melaksanakan vaksinasi dengan tetap menjalankan protokol kesehatan," ujar Nadia.

Selain itu, dengan melihat wilayah aglomerasi Jawa dan Bali sebagai penyumbang kasus Covid-19 terbanyak, pemerintah kemudian memusatkan percepatan vaksinasi di daerah tersebut.

"Kasus Covid-19 varian delta juga paling banyak terdeteksi di Jawa-Bali. Sehingga, kalau melihat peta cakupan vaksinasi, sekitar 60 hingga 70 persennya berada di daerah aglomerasi Jawa-Bali, terutama ibu kota provinsinya," jelas alumnus Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia (FK UI) tersebut.

2. Pembatasan kegiatan hingga mobilitas masyarakat

Faktor yang kedua yakni kebijakan untuk membatasi hingga meniadakan sebagian kegiatan dalam rangka mengurangi mobilitas masyarakat, baik pada sektor sosial maupun ekonomi.

Nadia menambahkan, keputusan tersebut pun dibarengi dengan usaha pencegahan infeksi virus Corona yang lain, seperti penerapan protokol kesehatan secara ketat serta peningkatan testing dan tracing.

"Yang kami tahu, (upaya testing dan tracing) itu cukup besar meningkat, dari 1,3 menjadi 3-3,5 per seribu penduduk dalam satu minggu," papar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes itu.

"Jadi, kombonasi semua itu yang rasanya juga mempercepat upaya penuruanan tingginya penularan, angka kesakitan, dan kematian (akibat Covid-19)," imbuhnya.

Baca Juga: MUI Resmi Umumkan Vaksin Covid-19 Zifivax Halal dan Suci

Sikapi Indeks Pemulihan Covid-19 dengan Rasa Syukur

Sementara itu, Guru Besar FK UI Tjandra Yoga Aditama menganjurkan masyarakat Indonesia untuk lebih bersyukur terhadap penurunan kasus Covid-19 saat ini.

"Ada atau tidaknya pemeringatakan (indeks pemulihan Covid-19) itu, dapat dilihat dengan jelas setiap hari kasus turun," kata Tjandra.

Karena, menurut Tjandra, jika bicara soal pemeringkatan pastinya akan ada berbagai macam interpretasi di dalamnya, seperti yang dilakukan Nikkei dengan tiga aspek penilaiannya.

"Nikkei itu menilai 121 negara di dunia. Indonesia itu tadinya, di bulan Juli, berada di peringkat 114. Kemudian naik ke peringkat 92 dan sekarang berada di posisi 54," terang Tjandra.

"Tapi, India yang kasusnya juga pernah tinggi seperti kita, sekarang berada di peringkat 40, menurut Nikkei. Jadi, masih lebih baik dari kita," sambungnya.

Baca Juga: Indonesia Kembali Kedatangan 2 Juta Dosis Vaksin Pfizer, Langsung Didistribusikan ke 12 Provinsi

Oleh sebab itu, Tjandra menyampaikan bahwa sudah sepatutnya capaian dari penanggulangan pandemi Covid-19 saat ini disikapi dengan rasa syukur.

Karena ada banyak aspek yang bisa digunakan untuk menilai indeks pemulihan Covid-19 di suatu negara.

"Kita harus lebih bagus bersyukur, (karena) soal pemeringkatan itu macam-macam. Misalnya Bloomberg (dengan aspeknya sendiri) menilai 53 negara di dunia," terang Tjandra.

Dalam penilaiannya itu, Indonesia kini berada di peringkat 49, setelah sebelumnya menempati ranking ketiga dari bawah dan sempat menjadi juru kunci juga.

"Kita memang sudah baik (dalam menangani pandemi Covid-19) dan mesti bersyukur, akan tetapi pemeringkatan-pemeringkatan itu perlu dibaca secara hati-hati lagi," tandasnya.

 

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU