Kadin: Pandemi Membuat Tren Wisata Berubah, Sertifikat CHSE dan Digital Tourism Jadi Kunci
Wisata | 6 Oktober 2021, 22:18 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menyebutkan bahwa selama pandemi Covid-19, sektor pariwisata merugi lebih dari Rp10 triliun.
Kerugian tercermin dari kontraksi yang cukup besar dari produk domestik bruto (PDB) nasional pada kuartal kedua dan ketiga 2020.
Dalam hal ini, menurut Arsjad, untuk memulihkan sektor pariwisata di Tanah Air membutuhkan kerja sama, inovasi, dan koordinasi dengan semua pihak terkait.
Terlebih, sektor ini melibat banyak orang dan memiliki efek domino sehingga setiap kebijakan harus dipikirkan matang-matang.
"Fase ini pemerintah menginisiasi program perlindungan sosial, mendorong kreativitas dan produktivitas saat WFH, melakukan koordinasi krisis pariwisata dengan daerah pariwisata, serta melakukan persiapan pemulihan," ujar Arsjad Rasjid dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/10/2021).
Baca Juga: Disporapar Kota Malang Ajukan Pembukaan Tempat Wisata Ke Kemenparekraf
Selanjutnya, kata Arsjad, dalam fase pemulihan, pemerintah telah membuka perlahan tempat wisata dengan menerapkan protokol sertifikasi CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability).
"Saat ini tren pariwisata berubah, seperti liburan tanpa banyak bersentuhan dengan orang lain agar tetap aman, yaitu staycation. Ini bisa membangkitkan usaha perhotelan. Tapi tidak cukup itu, penyedia hotel juga harus inovatif misalnya menawarkan paket WFH, melengkapi sertifikasi CHSE, menyiapkan outdoor dining untuk menjaga jarak," ujarnya.
Selain itu, Arsjad juga menekankan bahwa terobosan digital tourism adalah salah satu strategi yang efektif dalam mempromosikan berbagai destinasi dan potensi pariwisata Indonesia.
Digital tourism itu nantinya tidak hanya sekadar mengenalkan, namun juga menyebar keindahan pariwisata secara luas untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia.
"Saat ini, semua dilakukan melalui internet, mulai merencanakan perjalanan, pre-on-post journey, hampir seluruhnya dilakukan secara digital. Bangun juga spot-spot wisata Instagramable menjadi salah satu strategi mempromosikan tempat wisata secara gratis agar dapat meningkatkan wisatawan," tuturnya.
Arsjad dalam hal ini mendorong pemerintah untuk mulai melakukan berbagai persiapan secara matang, salah satunya dengan menyiapkan infrastruktur internet dan wifi, terutama di 5 Destinasi Super Prioritas (DSP) dan desa wisata di Indonesia.
Baca Juga: Hanya 8 dari 253 Destinasi Wisata di Bantul yang Punya Sertifikat CHSE, Ini Langkah Pemkab
Melalui signal coverage yang lebih memadai di seluruh daerah hingga pelosok, sambung Arsjad, diharapkan akan membuat program WFH dari tempat wisata misalnya, terwujud.
Tentunya kebijakan membuka sektor parekraf juga mempertimbangkan indikator epidemiologi meliputi tingkat kasus positif, kasus harian pergerakan tujuh hari, hunian pasien di ruang perawatan intensif, angka kematian, dan vaksinasi.
"Dari kelima indikator itu, amat ditekankan pentingnya tingkat kasus positif Covid-19 karena berkorelasi dengan aktivitas masyarakat, " jelas Arsjad.
Penulis : Dian Nita Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV