Seperti Dibunuh, Sejarawan dan Mantan Ajudan Sebut Soekarno Tak Dapat Perawatan Memadai Jelang Wafat
Sosial | 4 Oktober 2021, 22:53 WIB“Bung Karno hanya diberikan vitamin-vitamin. Padahal, beliau mengidap kelainan ginjal. Jadi, terus terang membutuhkan penanganan yang ekstra untuk merawat ginjalnya ini,” beber Sidarto.
Kabar serupa juga didengar oleh sejarawan Asvi Marwan Adam. Menurut Asvi, resep buatan Profesor Mahar untuk Soekarno tidak ditebus dan hanya disimpan di laci di Wisma Yaso.
“Obat yang seharusnya diberikan kepada beli dan dibuatkan resepnya oleh Profesor Mahar Mardjono, resep itu tidak ditebus. Jadi, dibiarkan saja resep itu di laci, obatnya tidak dibelikan,” kata Asvi kepada KompasTV.
Catatan para perawat juga menunjukkan, Soekarno hanya mendapat obat keras bernama Valium.
Baca Juga: Resmikan Patung Soekarno di Stasiun Tawang, Megawati Ungkap Bung Karno Pernah Kerja Jadi Pegawai KA
Melansir Webmd, valium adalah obat golongan psikotropik yang salah satunya digunakan untuk mengatasi kecemasan dan kejang.
“Kalau beliau tidak bisa tidur, diberi Valium, obat tidur yang sangat keras. Kemudian, diberikan vitamin-vitamin. Jadi, terbatas pada itu,” ujar Asvi.
Asvi mendengar dari keterangan dokter Kartono bahwa obat itu tidak tepat. Karena itu, sejarawan Prancis bernama Jacques Leclerc pada tahun 1970 menyebut Bung Karno dibunuh dua kali.
“Dibunuh yang pertama itu dalam arti beliau dirawat tidak sebagaimana mestinya. Itu saya konfirmasi dari dr Kartono Mohamad juga,” jelas Asvi.
“Kedua, pada tahun itu juga ajaran beliau dilarang. Peringatan Hari Lahir Pancasila itu dilarang Komkaptib sejak tahun 1970,” lanjutnya.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV