Sejarawan: Kerajaan Angling Dharma Tidak Ada dalam Sejarah
Sosial | 24 September 2021, 13:42 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sejarawan Anhar Gonggong menyebut bahwa kerajaan Angling Dharma tidak ada dalam sejarah.
"Tidak ada, tidak ada dalam sejarah," kata Anhar saat dimintai tanggapan KOMPAS.TV.
Lebih lanjut, Anhar juga menyoroti fenomena kemunculan "kerajaan" Angling Dharma di Pandeglang, Banten, yang ramai belakangan ini.
Menurut dia, kemunculan kelompok Angling Dharma itu lahir dari kefrustrasian sosial.
Secara psychology history, lanjut dia, fenomena semacam Angling Dharma lahir dari kefurustrasian masyarakat dengan kondisi saat ini. Kondisi yang dipenuhi dengan ketakutan dan ketidakpastiaan.
Terlebih, kata Anhar, di tengah kondisi pandemi Covid-19 ditambah ketidakmampuan negara menyelesaikan masalah tersebut.
"Ditambah perilaku koruptor yang samakin menggeliat," tambah Anhar melalui sambungan telepon, Jumat (24/9/2021).
Anhar menjelaskan, fenomena Angling Dharma merupakan buah kefrustrasian di tengah kondisi yang tidak pasti ini.
Dalam kasus kelompok yang disebut kerajaan Angling Dharma itu, kata Anhar, dilakukan dengan modal besar.
Dengan modal itu, raja-rajanya mencoba menjawab kondisi di sekitarnya.
"Angling Dharma sekarang, katanya suka membantu orang miskin perbaiki rumah, memberi makan dan segala macam ya. Jadi, dia punya modal kan, meski kita tak tahu sumber modalnya dari mana," tambah Anhar.
Melalui modal tersebut, Anhar menyebut, "dijadikan seakan-akan dia adalah raja-raja kan suka menolong orang."
Anhar menyinggung bahwa kemunculan fenomena kerajaan Angling Dharma dan semacamnya itu juga sebagai bentuk ketidakmampuan negara menjawab kefrustrasiaan masyarakat di tengah pandemi.
Baca Juga: Pastikan Tak Ada Kegiatan Menyimpang, Kerajaan Angling Dharma Dijaga Ketat oleh Polisi
Seperti diberitakan sebelumnya, masyarakat dihebohkan dengan kemunculan sebuah kelompok yang disebut Kerajaan Angling Dharma yang berdiri di Desa Pandat, Kecamatan Mandalawangi, Pandeglang, Banten.
Diketahui, kelompok tersebut dipimpin oleh Baginda Sultan Iskandar Jamaludin Firdaus.
Sebelum masuk ke dalam Kerajaan Angling Dharma, terdapat gapura yang bertuliskan 'Indonesia Aman Tentram Gemah Ripah Loh Jenawi' serta tulisan berbahasa Arab.
Kendati begitu, Juru Bicara Angling Dharma, Ki Jamil Badranaya menegaskan Angling Dharma bukan sebuah kerajaan, dan pimpinan Baginda Sultan Iskandar Jamaludin Firdaus juga bukan seorang raja.
Angling Dharma merupakan rumah tinggal yang ditempati Jamaludin Firdaus beserta keluarga dan santri.
Gelar Baginda Sultan Iskandar untuk Jamaludin Firdaus juga hanya sebatas sebutan bagi pemimpin di komunitas Angling Dharma.
“Saya klarifikasi yang ramai keberadaan Kerajaan Angling Dharma di Pandeglang. Sebetulnya itu tidak ada. Beliau tidak mendirikan kerajaan atau ada kerajaan di sana. Beliau bekerja di bidang sosial," ujar Jamil di Mandalawangi, Rabu (22/9/2021).
Jamil menambahkan, Jamaludin membangun rumah tersebut pada tahun 2002.
Bangunan sengaja dibuat berbeda dengan rumah lainnya di Desa Pandat karena Jamaludin memiliki gaya yang nyentrik.
Begitu juga dengan nama-nama di setiap bangunan yang hanya sebatas pernak-pernik, tanpa ada sangkut paut dengan sebuah kerajaan.
Baca Juga: Soal Kerajaan Angling Dharma, Ini Kata Bupati Pandeglang
Salah satu nama yang tertulis di sebuah bangunan yakni Singgasana Raja.
Bangunan panggung itu diisi dengan kursi dengan kanan dan kirinya terdapat payung susun bertingkat tiga berwarna emas.
Dalam kebudayaan Jawa payung bertingkat tiga disebut sebagai songsong. Seorang raja memiliki tiga jenis Songsong yakni Songsong Gilap Gubeng, Songsong Bawat, dan Songsong Agung yang ditandai dengan susunan payung berjumlah tiga.
“Itu pernak-pernik saja, kata beliau itu ada filosofinya, jadi bukan dikaitkan dengan kerajaan atau sebagainya, memang beliau selalu nyentrik, seperti berpakaian, saya juga kadang tidak memahami kenyentrikan beliau," ujar Jamil.
Baca Juga: Bertapa di Gunung dan Punya 4 Istri, Ini Fakta Kerajaan Angling Dharma
Penulis : Hedi Basri Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV