Angling Dharma Kerajaan atau Bukan, Ini Penjelasan Jubir Baginda Sultan Iskandar Jamaludin
Sosial | 22 September 2021, 19:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Kemunculan Kerajaan Angling Dharma menjadi perhatian setelah sebelumnya masyarakat dihebohkan dengan Sunda Empire.
Kerajaan yang berdiri di Desa Pandat, Kecamatan Mandalawangi, Pandeglang, Banten ini dipimpin oleh Baginda Sultan Iskandar Jamaludin Firdaus.
Sebelum masuk ke dalam Kerajaan Angling Dharma, terdapat gapura yang bertuliskan 'Indonesia Aman Tentram Gemah Ripah Loh Jenawi' serta tulisan berbahasa Arab.
Baca Juga: Penampakan Kerajaan Angling Dharma Hingga Singgasana di Pandeglang Banten
Juru Bicara Angling Dharma, Ki Jamil Badranaya menegaskan Angling Dharma bukan sebuah kerajaan, dan pimpinan Baginda Sultan Iskandar Jamaludin Firdaus juga bukan seorang raja.
Angling Dharma merupakan rumah tinggal yang ditempati Jamaludin Firdaus beserta keluarga dan santri.
Gelar Baginda Sultan Iskandar untuk Jamaludin Firdaus juga hanya sebatas sebutan bagi pemimpin di komunitas Angling Dharma.
“Saya klarifikasi yang ramai keberadaan Kerajaan Angling Dharma di Pandeglang. Sebetulnya itu tidak ada. Beliau tidak mendirikan kerajaan atau ada kerajaan di sana. Beliau bekerja di bidang sosial," ujar Jamil di Mandalawangi, Rabu (22/9/2021). Dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Pengakuan Pengikut Kerajaan Angling Dharma, Sosok Baginda Luar Biasa hingga Punya Banyak Santri
Jamil menambahkan Jamaludin membangun rumah tersebut pada tahun 2002.
Bangunan sengaja dibuat berbeda dengan rumah lainnya di Desa Pandat karena Jamaludin memiliki gaya yang nyentrik.
Begitu juga dengan nama-nama di setiap bangunan yang hanya sebatas pernak-pernik, tanpa ada sangkut paut dengan sebuah kerajaan.
Baca Juga: Soal Kerajaan Angling Dharma, Ini Kata Bupati Pandeglang
Salah satu nama yang tertulis di sebuah bangunan yakni Singgasana Raja.
Bangunan panggung itu diisi dengan kursi dengan kanan dan kirinya terdapat payung susun bertingkat tiga berwarna emas.
Dalam kebudayaan Jawa payung bertingkat tiga disebut sebagai songsong. Seorang raja memiliki tiga jenis Songsong yakni Songsong Gilap Gubeng, Songsong Bawat dan Songsong Agung yang ditandai dengan susunan payung berjumlah tiga.
“Itu pernak-pernik saja, kata beliau itu ada filosofinya, jadi bukan dikaitkan dengan kerajaan atau sebagainya, memang beliau selalu nyentrik, seperti berpakaian, saya juga kadang tidak memahami kenyentrikan beliau," ujar Jamil.
Tak ingin dikaitkan dengan Sunda Empire
Lebih lanjut Jamil menegaskan aktivitas di Angling Dharma juga bukan seperti Sunda Empire yang sempat membuat heboh masyarakat.
Pihaknya juga keberatan jika Angling Dharma dikait-kaitkan dengan Sunda Empire.
"Kami atas nama pribadi mengklarifikasi pemberitaan kemarin tidak benar. Jangan dikaitkan dengan Sunda Empire dan sebagainya, itu semua bohong," ujar Jamil.
Baca Juga: Setelah Sunda Empire, Muncul Kerajaan Angling Dharma, Rajanya Baginda Sultan Iskandar Jamaludin
Jamil menjelaskan aktivitas di Angling Dharma sama seperti masyarakat umumnya. Semisal pengajian yang digelar setiap malam Jumat yang diikuti keluarga Jamaludin dan santri.
Sebutan santri juga bukanlah pengikut baginda Jamaludin yang disebut sebagai raja.
"Kami bukan pengikut, kalau pengikut itu hal negatif, kami murni Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Kami tersinggung secara pribadi atas nama Ki Jamil dan atas nama keluarga Baginda," ujarnya.
Dia mengatakan, kehidupan sehari-hari Baginda Jamaludin disibukkan dengan aktivitas sosial. Sejak 2019, kata dia, sudah dibangun 30 rumah tidak layak huni di Pandeglang.
"Rumah itu dibangun internal sendiri tanpa bantuan-bantuan, dananya dari para santri seperti sumbang pasir, semen hingga uang," ujar Jamil.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas.com