Kepala BSSN Mengaku Sedih Banyak Terjadi Kebocoran Data di Kementerian dan Lembaga
Peristiwa | 13 September 2021, 19:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letnan Jenderal (Letjen) TNI (Purn) Hinsa Siburian mengaku sedih dengan banyaknya kasus kebocoran data yang terjadi akhir-akhir ini.
"Dari beberapa kasus yang terjadi, kami sedih melihatnya. Sebagai contoh BPJS Kesehatan," kata Hinsa Siburian di Jakarta, Senin (13/9/2021).
Ia mengatakan seharusnya tiap-tiap kementerian maupun lembaga negara menyadari bahwa yang harus mengamankan pusat datanya ialah instansi itu sendiri bukan pihak lain.
Dia meminta kementerian dan lembaga di tanah air agar membangun sumber daya manusia (SDM) yang handal guna mencegah kebocoran data di masing-masing instansi.
Sambil mengutip Mayor Jenderal (Mayjen) TNI (Purn) Dr Roebiono Kertopati yang dijuluki sebagai Bapak Persandian Republik Indonesia, Hinsa mengatakan kekhilafan satu orang saja cukup menyebabkan keruntuhan negara.
Baca Juga: Penyelidikan Rampung, Polri Pastikan Tak Ada Kebocoran Data eHAC
BSSN, kata dia, mengajak semua kementerian dan lembaga maupun masyarakat luas agar melaksanakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2019 yang pada intinya menyebutkan setiap penyelenggara sistem elektronik harus yakin bahwa sistem elektroniknya aman dan handal.
Dia menyebut permasalahan yang sering dijumpai saat ini ialah cenderung tidak aman dan handal, bahkan lebih buruk lagi, masih ada kementerian maupun lembaga yang menggunakan jasa pihak swasta untuk mengamankan datanya.
"Ini permasalahan yang utama. Oleh karena itu, tiap-tiap kementerian dan lembaga harus membangun SDM yang handal," ujarnya.
Merujuk dari kebocoran data yang masih terjadi, BSSN juga mendorong semua kementerian dan lembaga segera berbenah dan melindungi data-data yang ada.
Baca Juga: DPR: Pemerintah Tak Perlu Cari Kambing Hitam Terkait Kebocoran Data Pribadi
Apalagi, di era serba digital semua sektor dituntut mahir dan cakap menggunakan teknologi informasi.
"Saya mengajak mari bekerja menyesuaikan paradigma baru yakni digitalisasi," katanya.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV