Alat Deteksi Glaukoma Berbasis Kecerdasan Buatan ala Mahasiswa UGM
Kesehatan | 9 September 2021, 15:29 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Penyakit glaukoma atau kerusakan saraf mata akibat peningkatan tekanan pada bola mata kini bisa dideteksi lebih awal menggunakan kecerdasan buatan atau Artficial Intelligence (AI). Inovasi ini dikembangkan oleh sekelompok mahasiswa UGM yang terdiri dari Athar Rosyad Partadireja (Teknik Biomedis, 2020), Ajie Kurniawan Saputra (Teknik Elektro, 2018), Muhammad Nur Fahmi (Kedokteran, 2018), dan Synvi Alfajrine Loeba Bistomy (Teknik Biomedis, 2019) di bawah bimbingan Indah Soesanti.
Alat ini diberi nama Aksakirana, yang berasal dari kata aksa berarti mata dan kirana berarti cahaya.
"Kami membuat alat ini karena prihatin dengan kasus glaukoma dan minimnya jumlah dokter mata di Indonesia," ujar Athar, Kamis (9/9/2021).
Baca Juga: Tempat Sampah Penghancur Masker Medis Berbasis Mikroba ala Mahasiswa UGM
Penderita glaukoma mengalami gangguan penglihatan, nyeri pada mata, hingga sakit kepala bahkan kebutaan. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI menyebutkan pada 2007, sebanyak 4 sampai 5 orang dari 1000 penduduk Indonesia menderita glaukoma. Berdasarkan data aplikasi rumah sakit online (SIRS online), jumlah kunjungan glaukoma pada pasien rawat jalan di RS selama 2015 sampai 2017 juga mengalami peningkatan.
Alat diagnosis glaukoma berbasis kecerdasan buatan ini terdiri dari empat komponen utama, yakni perangkat keras berupa handheld, aplikasi seluler dan web Aksakirana, serta pembelajaran mesin.
Handheld Aksakirana berupa aksesori kamera ponsel yang berbentuk seperti teropong genggam yang dilengkapi oleh lensa indirect ophthalmoscopy sebesar 20D. Sementara, aplikasi seluler Aksakirana berfungsi sebagai medium pengunggahan foto ke server untuk diproses pembelajaran mesin Aksakirana sehingga menghasilkan diagnosis serta tingkat keparahannya.
Aplikasi web Aksakirana memiliki fungsi serupa dengan aplikasi selulernya. Meskipun demikian, fitur ini juga dapat diakses melalui perangkat komputer serta memuat fitur-fitur seperti pengunduhan gambar yang diberi takarir informasi hasil diagnosis dan pengunduhan dataset glaukoma yang dapat digunakan dalam penelitian glaukoma.
"Selain itu, dokter mata juga berhak memverifikasi hasil diagnosis glaukoma dan menerima donasi dari para filantropi,” ucapnya.
Baca Juga: Permen Kulit Salak Anti Diabetes ala Mahasiswa UGM
Mekanismenya, pengguna Alsakirana dapat menggunakan handheld untuk menangkap gambar retina pasien dengan kamera ponsel. Selanjutnya, gambar tersebut akan diunggah melalui aplikasi seluler atau web Aksakirana untuk diproses oleh pembelajaran mesin dan hasil diagnosis serta tingkat keparahan pun muncul.
Mahasiswa UGM ini berharap Aksakirana dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya tenaga kesehatan, supaya proses screening penyakit glaukoma dapat berjalan secara cepat dan masif.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV