> >

Belajar Psikologi Warna untuk Kebutuhan Ruang dalam Rumah

Gaya hidup | 7 September 2021, 22:19 WIB
Ilustrasi penerapan psikologi warna pada desain interior. Warna hangat untuk ruang tamu dalam rumah. (Sumber: edupaint.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Warna, dalam desain interior, merupakan salah satu aspek yang wajib diperhatikan karena pengaplikasiannya dapat memengaruhi kesan sebuah ruangan sekaligus perilaku penghuninya.

Oleh sebab itu, perancangan ruang juga membutuhkan psikologi warna untuk menentukan konsepnya. Sama halnya dengan branding sebuah produk.

Singkatnya, psikologi warna adalah studi yang membahas bagaimana warna dapat memengaruhi pandangan dan perilaku manusia.

Lantas, dalam arsitektur sendiri, seperti apa penerapan psikologi warna pada ruang dan bagaimana cara kerjanya?

Untuk menjawabnya, simak penjelasan berikut yang telah Kompas TV rangkum dari berbagai sumber.

Baca Juga: Banyak Variannya, Berikut 6 Pilihan Warna Kuning yang Cocok untuk Ruangan, Kamu Pilih Mana?

Psikologi warna dalam arsitektur

Arsitektur memandang warna seperti cahaya, yakni sebagai unsur yang sama-sama dapat menambah karakter sebuah bangunan.

Melansir IJESC.org, ragam warna yang ada pada sebuah ruangan memiliki efek masing-masing terhadap perasaan orang ketika menghabiskan waktu di dalamnya.

Bagi karya arsitektur, warna berperan penting untuk menciptakan kenyamanan fisik, fisiologi, dan tentunya psikologi orang yang entah itu hanya melihat ataupun menempatinya.

Jika mengalami kekeliruan, bersama unsur bangunan yang lain, pemilihan warna bahkan memungkin terjadinya sick building syndrome atau kondisi tidak nyamannya ruang bagi penghuninya.

Dengan demikian, sudah sepatutnya psikologi warna selalu diperhatikan dalam proses desain arsitektur, terutama ruang.

Baca Juga: Tren Cat Ruangan Kian Didominasi Warna Gelap, Apakah Warna Terang Kini Tak Lagi Menarik?

Menentukan warna untuk ruangan

Salah satu efek warna terhadap ruang adalah persepsi. Artinya, cara orang memandang tempat akan berbeda untuk warna yang satu dengan yang lain.

Secara umum ada dua cara untuk mengklasifikasikan warna, yakni hangat dan dingin. Keduanya memiliki peran tersendiri untuk mendukung kebutuhan ruang.

Pertama, warna hangat yang sering digunakan untuk ruang non-privat seperti ruang tamu, ruang makan, dan dapur.

Pemilihan warna hangat biasanya didasari pada alasan untuk mendapat suasana yang energik dan kuat sehingga menarik perhatian orang untuk menghabiskan waktu bersama di ruangan tersebut.

Contoh warna hangat yaitu merah, kuning, oranye, serta warna-warna alam seperti cokelat, abu-abu tua, dan krem.

Ilustrasi penerapan psikologi warna pada desain interior. Kamar tidur sebagai ruang privat akan semakin terasa tenang jika menggunakan warna-warna yang dingin, contohnya biru. (Sumber: idea.grid.id)

Sementara itu, warna dingin memberi makna tenang, damai, dan fokus pada ruang sehingga dapat dimanfaatkan untuk meredakan emosi serta mempertajam pikiran penghuninya.

Warna dingin, secara efektif, juga mampu mengurangi hawa panas dalam ruangan yang mendapat banyak sinar matahari.

Warna hijau, biru, dan ungu yang sarat akan nuansa sejuk dapat dijadikan sebagai pilihan untuk ruang-ruang tersebut.

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas.com/IJESC.org


TERBARU