Januari-Agustus 2021 Tercatat Ada 1.805 Bencana Alam, BNPB: Karena Fenomena Hidrometeorologi
Peristiwa | 4 September 2021, 14:17 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sejak awal Januari hingga akhir Agustus 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat adanya 1.805 bencana alam yang terakumulasi.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyebut fenomena hidrometeorologi sebagai faktor dominan bencana dalam jangka waktu tersebut.
"Selama periode ini, bencana (karena) hidrometeorologi basah masih mendominasi," kata Muhari dalam pernyataan tertulis, Sabtu (4/9/2021).
Dengan rincian, telah terjadi 733 banjir, 475 cuaca ekstrem, 342 tanah longsor, 205 kebakaran hutan dan lahan (karhutla), 23 gempa bumi, 22 gelombang pasang dan abrasi, serta dan lima kali kekeringan.
Baca Juga: BNPB: Agustus 2021 Didominasi Bencana akibat Curah Hujan dan Kekeringan
Akibatnya, Muhari mengungkapkan, korban meninggal dunia ada sebanyak 508 jiwa, yang hilang 69 jiwa, yang luka-luka 12.881 jiwa, dan yang mengungsi atau menderita 5,8 juta jiwa.
Sementara itu, untuk bencana non-alam yaitu pandemi Covid-19, data sejak awal penanganan hingga 31 Agustus 2021 menunjukan jumlah kasus konfirmasi positif mencapai 4.089.801.
"Dengan penambahan kasus harian 10.534. Total kasus sembuh mencapai 3.760.497 dengan kasus sembuh harian 16.781," terang Muhari.
Muhari menambahkan, sejak masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari awal Juli hingga awal September 2021, persentase kasus positif mengalami penurunan.
Dalam rentang waktu itu, kasus positif Covid-19 terpantau turun dengan selisih minus 8,18 persen, sementara persentase angka kesembuhan naik 7,57 persen.
Baca Juga: Hadapi Bencana Kekeringan, BNPB Bagikan Langkah Kesiapsiagaan untuk Pemerintah Daerah
Seiring dengan naiknya angka kesembuhan, Muhari mengatakan, persentase keterpakaian tempat tidur isolasi secara nasional mengalami penurunan dengan selisih hingga minus 52 persen.
"Pemerintah telah menetapkan konsep penanganan Covid-19 menjadi pengendalian, di mana targetnya adalah mengubah pandemi menjadi endemi," katanya.
Untuk itu, penerapan strategi 3M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan) serta strategi 3T (testing, tracing dan treatment) akan digencarkan bersamaan dengan memperluas jangkauan vaksinasi.
Dengan begitu, Muhari pun berharap masyarakat untuk tetap disiplin protokol kesehatan dan ikut dalam program vaksinasi, meskipun keduanya tidak sepenuhnya menjamin pengentasan dari pandemi.
"Tetapi protokol kesehatan dan vaksinasi bisa melindungi kita dari potensi terpapar dan pemburukan jika terpapar," kata Muhari.
"Ibarat menggunakan payung saat hujan, payung tentu saja tidak bisa menghentikan hujan, tetapi dia bisa melindungi sebagian badan kita dari terpapar hujan," pungkasnya.
Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : BNPB