BMKG Prediksi Musim Hujan Datang Lebih Awal, Pemda Diminta Siapkan Mitigas
Update | 26 Agustus 2021, 12:16 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan akan datang lebih awal pada tahun ini. Prediksi ini diikuti oleh adanya potensi bencana hidrometeolrogi.
Puncak musim hujan periode 2021/2022 diprediksi terjadi pada Januari-Februari 2022.
Sejumlah wilayah yang diprediksi akan mengalami musim hujan lebih besar dari biasanya; sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan, dan Papua bagian selatan.
“Perlu menjadi perhatian bersama, terutama di wilayah-wilayah rawan banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak seiring intensitas curah hujan yang akan terus semakin meninggi,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (26/8/2021).
BMKG mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat mewaspadai, mengantisipasi dan memitigasi lebih awal guna menghindari dan mengurangi risiko bencana.
Baca Juga: Daftar Wilayah di Indonesia Alami Fenomena Hari Tanpa Hujan Terpanjang
Dwikorita menjelaskan, dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 14,6 persen diprediksi akan mengawali musim hujan pada September 2021, meliputi Sumatra bagian tengah dan sebagian Kalimantan.
Lalu, sebanyak 39,1 persen akan memasuki musim hujan pada Oktober 2021. Daerah yang termasuk pada periode ini ialahSumatra bagian selatan, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Bali.
Sementara itu, sebanyak 28,7 persen wilayah lainnya pada November 2021, meliputi sebagian Lampung, Jawa, Bali - Nusa Tenggara, dan Sulawesi.
“Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis Awal Musim Hujan pada periode 1981-2010, maka Awal Musim Hujan 2021/2022 di Indonesia diprakirakan maju pada 157 ZOM (45,9 persen), sama pada 132 ZOM (38,6 persen), dan mundur pada 53 ZOM (15,5 persen),” ujarnya.
Baca Juga: 9 Wilayah Ini Alami Kekeringan Ekstrem, BMKG Imbau untuk Berhemat Air
Dwikorita menerangkan, secara umum, sifat hujan selama Musim Hujan 2021/2022 diprakirakan normal pada 244 ZOM, sementara 88 ZOM akan mengalami musim hujan di atas normal dan 10 ZOM akan mengalami musim hujan di bawah normal.
Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dodo Gunawan, menjelaskan El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) sama-sama dalam keadaan Netral.
Keduanya adalah faktor iklim penting yang mempengaruhi terhadap variabilitas curah hujan di Indonesia, terutama pada skala waktu inter-annual.
Namun, berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global oleh BMKG dan institusi-institusi internasional lainnya, terdapat indikasi/peluang bahwa ENSO Netral akan berkembang menjadi La Nina pada akhir tahun 2021.
Sementara itu, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral diprediksi bertahan setidaknya hingga Januari 2022.
Baca Juga: Harga Sayuran Naik Dampak Cuaca Buruk
Dodo meminta masyarakat untuk terus mewaspadai kejadian cuaca ekstrem seperti hujan es, hujan lebat disertai kilat dan petir, dan angin puting beliung jelang masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
Tidak hanya bencana, perubahan cuaca yang tidak menentu bisa membuat imunitas seseorang melemah sehingga menjadi rentan terkena penyakit.
“Terlebih situasi Indonesia saat ini belum lepas sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Waspada bencana hidrometeorologi dan jaga kesehatan selalu,” kata Dodo.
Penulis : Hasya Nindita Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV