> >

Mengapa Indonesia Tidak Produksi Vaksin Covid-19 Sendiri?

Kesehatan | 20 Agustus 2021, 22:33 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. Indonesia kesulitan mengembangkan dan memproduksi vaksin sendiri. (Sumber: Antara)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ada keluhan soal stok vaksin Covid-19 di sejumlah daerah. Mengapa Indonesia tidak memproduksi vaksin sendiri? Apa kabar vaksin nusantara dan vaksin merah putih untuk mengatasi Covid-19?

Perlu diketahui, penelitian pengembangan vaksin untuk penyakit apa pun bukanlah hal mudah dan tak sebentar.

“Hanya sekitar 6% kandidat vaksin pada akhirnya mendapat persetujuan penggunaan bagi masyarakat dan proses pembuatannya membutuhkan waktu rata-rata 10,7 tahun,” ujar pakar imunologi dari Universitas California, Marcos E Garcia-Ojeda, dikutip dari Theconversation.

Namun, kondisi darurat pandemi membuat peneliti, perusahaan, dan pembuat kebijakan memangkas pembuatan vaksinasi.

Baca Juga: Ridwan Kamil Sebut Suplai Vaksin Covid-19 Diecer, Berapa Sebenarnya Stok Pemerintah?

“Ini menunjukkan seberapa cepat pembuatan vaksin dapat dilakukan saat benar-benar ada situasi darurat secara global dan sumber daya yang cukup. Ini menunjukkan bahwa proses pengembangan itu dapat dipercepat tanpa mengabaikan keselamatan,” kata Dan Barouch, pakar virologi di Harvard Medical School di Boston, dilansir dari Nature.

Seperti kata Barouch, pengembangan vaksin dapat dipercepat, bila ada cukup peneliti ahli yang mendapat pendanaan besar dan fasilitas memadai.

Kepemilikan sumber daya alam dan kemampuan produksi vaksin massal juga menjadi faktor penting pembuatan vaksin Covid-19.

Vaksin Nusantara dan Merah Putih

Indonesia bukan tidak berusaha mengembangkan vaksin Covid-19 sendiri. Ada vaksin merah putih dan vaksin nusantara.

Vaksin merah putih dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Sementara, produk yang disebut “vaksin nusantara” dikembangkan oleh Aivita Biomedical Inc dengan dukungan Kementerian Kesehatan Indonesia.

Ketua peneliti Vaksin Merah Putih dari Universitas Airlangga (Unair) Fedik Abdul Rantam mengatakan, vaksin dari virus Covid-19 yang dimatikan (inactivated virus) itu baru mencapai tahap uji praklinik.

"Memang kami telah sampai pada uji praklinik fase 1 dan 2. Fase satu hasilnya baik dari sisi imunogenisitas, toxicity di dalamnya dan pendekatan respons imunnya juga, dan hasilnya menjanjikan," kata Fedik, Rabu (18/8/2021), dilansir dari Kompas.com.

WHO belum mencatat vaksin merah putih ini dalam daftar kandidat vaksin Covid-19 mereka. Namun, tim peneliti telah bekerja sama dengan PT Biotis untuk produksi massal mulai awal 2022.

Baca Juga: Viral Kode QR Sertifikat Vaksinasi Gagal Dipindai PeduliLindungi, Ini Penjelasan Kominfo

Di sisi lain, produk yang disebut “vaksin nusantara” sudah terdaftar dalam kandidat vaksin Covid-19 WHO. 

Vaksin dari sel dendritik ini masuk dalam daftar kandidat vaksin yang telah mencapai tahap uji klinik 1 atau tahap 2.

Kandidat vaksin Covid-19 dari sel dendritik memang menjanjikan. WHO mencatat, Shenzhen Geno-Immune Medical Institute juga sedang meneliti vaksin dengan platform serupa di tahap uji klinik 1/2.

Akan tetapi, perlu diketahui bahwa laporan penelitian vaksin nusantara hanya mencantumkan Aivita Biomedical dalam nama penanggung jawab.

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito pernah mengatakan, bahan vaksin nusantara masih impor dan pelaksanaan penelitiannya dilakukan peneliti luar negeri. 

“BPOM memberikan informasi yang apa adanya, bahwa (Vaksin Nusantara) memang mengandung komponen antigen produk impor,” ujar Penny dalam jumpa pers, Selasa (13/4/2021).

“Pelaksanaan uji klinik ini dilakukan oleh peneliti dari AIVITA Biomedica Inc Amerika Serikat, yaitu orang asing yang bekerja di Indonesia untuk meneliti menggunakan subjek orang Indonesia,” imbuh Penny.

Hambatan membuat vaksin Covid-19 dalam negeri diakui oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko.

Handoko mengatakan, Indonesia belum memiliki tim pengembangan, alat produksi dan fasilitas pengujian vaksin sendiri. 

Baca Juga: Jokowi Sebut Pemerintah Tengah Berusaha Mendapatkan Pasokan Vaksin Hingga 430 Juta Dosis

Pihaknya telah melakukan evaluasi pada Mei 2021 ini dan menemukan belum ada tim peneliti dengan keahlian dan pengalaman membuat vaksin dari awal. Sebab itu, ia mengatakan pemerintah perlu mendukung pengembangan vaksin Covid-19.

“Hal inilah yang menjadi fokus kita bersama dan saya yakin ini akan didukung pemerintah, karena kalau tidak, kita tidak bisa menyelesaikan problem fundamental,” kata Handoko pada Rabu (18/8/2021).

 

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV/Kompascom/Berbagai Sumber


TERBARU