Psikolog Sebut Orang yang Tak Percaya Covid-19, Punya Kecenderungan Kurang Kritis
Kesehatan | 19 Agustus 2021, 09:18 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Orang-orang yang tidak percaya tentang wabah virus corona di tengah pandemi Covid-19, biasanya punya cara berpikir yang kurang kritis. Hal ini dikemukakan oleh Psikolog Rininda Mutia dari Universitas Indonesia.
"Mereka sangat mudah menerima informasi baru, mendapatkan sugesti yang tergantung dari lingkungan pergaulannya. Kalau dia tergabung dalam grup Whatsapp yang tidak percaya Covid-19 dan banyak informasi tidak benar, mereka akan percaya," tutur Rininda, seperti dikutip dari ANTARA, Kamis (19/8/2021).
Ada berbagai alasan di balik rasa tidak percaya atas virus yang membuat kehidupan berubah drastis selama hampir dua tahun belakangan, salah satunya karena lebih percaya terhadap teori konspirasi.
Menurut Rininda, orang-orang yang terlalu banyak terpapar hoaks tapi tidak dibarengi dengan cara berpikir kritis bisa ikut termakan informasi yang tidak benar dan pada akhirnya mempercayai bahwa Covid-19 tidak ada meski virus ini telah merenggut banyak korban jiwa.
Oleh karena itu, pilih-pilih pergaulan yang tepat di mana informasi yang diberikan oleh rekan-rekan terdekat berasal dari sumber yang terpercaya, bukan rumor semata. Jika perlu, tidak perlu masuk grup Whatsapp yang terlalu sering berbagi informasi yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Baca Juga: Dikenal Lantang Lawan Konspirasi Covid, Instagram Jerinx Di-banned
Alasan lain seseorang tidak percaya Covid-19 adalah rasa takut dan khawatir yang berujung kepada penyangkalan, kata Rininda. "Itu adalah salah satu pertahanan diri manusia. Ketika dia merasa ada sesuatu yang lebih besar dari dia, tapi dia tidak siap menghadapinya, jadi dia menyangkal bahwa Covid-19 tidak ada," jelas Rininda.
Penyangkalan terjadi karena seseorang tidak siap menghadapi kenyataan bahwa ada hal yang berbahaya di hadapannya. Dengan menolak menerima kenyataan, seseorang menganggap dirinya akan merasa tenang. Padahal, jauh di lubuk hati ketenangan itu sebetulnya sedang bergejolak.
Bila ada teman atau anggota keluarga yang tidak percaya Covid-19, ia menyarankan supaya diberi penjelasan dan meluruskan informasi. Urusan apakah dia akan berubah pikiran bukan masalah kita, sebab itu berada di luar kontrol Anda.
Jika memang tidak ada titik temu, terimalah bahwa tidak setiap perdebatan berujung kepada kesepahaman yang sama. "Kita tidak bisa memaksakan hal tersebut kepada orang lain. Jangan memikirkan sesuatu di luar kontrol karena bikin kita frustrasi dan merasa tidak berdaya," tuturnya.
Rininda kemudian berpesan agar kita bisa mengendalikan apa yang bisa dikontrol sendiri, seperti disiplin menjaga protokol kesehatan dan mendapat vaksinasi untuk mempercepat kekebalan komunal.
Baca Juga: Badan Intelijen Jerman Mulai Awasi Kelompok Penganut Teori Konspirasi Covid-19
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Antara