Kenali 3 Gejala Umum Diabetes Tipe-2: Termasuk Penurunan Berat Badan Secara Tiba-tiba
Kesehatan | 14 Agustus 2021, 19:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Diabetes mengacu pada sekelompok penyakit yang mempengaruhi bagaimana tubuh menggunakan gula darah atau glukosa.
Penyebab yang mendasari penyakit ini bervariasi menurut jenisnya, tipe 1 dan 2.
Namun apa pun jenis diabetes, yang terjadi ialah kelebihan gula dalam darah dan hal ini akan memunculkan masalah kesehatan yang lebih serius.
Salah satunya penyakit kardiovaskular.
Kardiovaskular sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi pada penderita diabetes.
Mereka dengan diabetes dua kali lebih mungkin mengalami penyakit jantung atau stroke daripada seseorang yang tidak menderita diabetes.
Penyakit kardiovaskular yang sering terjadi sebagai komplikasi pada diabetes adalah penyakit jantung koroner (PJK), stroke dan penyakit arteri perifer (PAP).
Baca Juga: Benarkah Mengonsumsi Nasi Dingin Lebih Cocok untuk Penderita Diabetes?
Mendeteksi sejak dini gejala diabetes akan membantu Anda untuk berkonsultasi dengan dokter dan melakukan beberapa terapi dan prubahan pola konsumsi.
Kata dokter spesialis penyakit dalam dari Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. dr. Wismandari Wisnu, Sp.PD, KEM, ada tiga gejala khas pada penyakit diabetes tipe-2 yang perlu dikenali masyarakat.
Ketiga gejala yang dimaksud yakni: turunnya berat badan tanpa penyebab yang jelas, sangat sering buang air kecil (polidipsia) dan sering merasa haus (poliura),
Dari ketiga gejala itu, lanjut dia, yang paling mudah dikenali.
"Kalau ada gejala seperti itu khas banget, udah mau usianya masih 12, 17 tahun periksa," katanya menyarankan, dilansir dari ANTARA, Sabtu (14/8/2021).
Disamping itu, tiga gejala tersebut juga perlu diwaspadai mereka dengan berat badan berlebih atau bahkan obesitas berapa pun usianya.
Lebih lanjut, dr. Wismandari mengatakan diabetes juga ditandai dengan badan terasa cepat lelah, kesemutan, gatal, pandangan kabur, gangguan ereksi pada laki-laki, serta gatal-gatal di kemaluan pada perempuan.
Sementara bagi yang tidak merasakan gejala apa pun, namun sudah memasuki usia 40-45 tahun maka sebaiknya segera periksa gula darah. Memastikan kondisi gula darah normal.
"Tetapi kalau ada gejala berapa pun usianya, itu periksa," timpalnya.
Ihwal penyakit diabetes, ia menyarankan pada Anda yang sudah terlanjur terdiagnosis diabetes untuk selalu mengontrol kondisi.
Misalnya dengan hasil pemeriksaan HbA1C (hemoglobin A1c) di atas angka 6,5.
Anda bisa kembali melakukan kontrol ke dokter setiap 3-4 bulan.
Tetapi, lanjut dia, pada pasien yang gulanya masih baru terdiagnosis misalnya 200 miligram per desiliter (mg/dL) atau lebih dari itu, maka biasanya diminta kontrol kembali ke dokter pada bulan berikutnya.
Kalau perlu, bila ada gejala dua minggu kemudian ia meminta agar segera berkonsultasi segera.
Jadi, tambahnya, seberapa sering kontrol tergantung seberapa berat kondisi pasien, seberapa banyak yang dikeluhkan pasien.
"Semakin banyak, berat, maka semakin sering kontrolnya," terang dr. Wismandari.
Baca Juga: Menderita Diabetes & Covid-19, Harus Apa? - AYO SEHAT
Untuk diketahui, data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 mencatat prevalensi diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9 persen pada 2013 menjadi 8,5 persen pada tahun 2018.
Angka ini menunjukkan baru sekitar 25 persen penderita diabetes yang mengetahui dirinya menyandang diabetes.
Prevalensi penyakit ini pada penduduk berusia ≥15 tahun mencapai 10,9 persen atau hampir meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Bahkan, merujuk estimasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2016, diabetes termasuk salah satu dari penyebab kematian terbanyak di Indonesia, berkontribusi 6 persen dari seluruh total kematian.
Baca Juga: Informasi Seputar Penyakit Diabetes, Komplikasi dan Cara Mengatasinya
Penulis : Hedi Basri Editor : Gading-Persada
Sumber : Antara