Cuaca Berubah Ekstrem, Suhu Global Diperkirakan Bisa Naik 1,5 Derajat Celsius dari Normal
Peristiwa | 11 Agustus 2021, 05:54 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Dampak dari perubahan iklim diperkirakan akan semakin cepat terjadi. Untuk itu, upaya pengendalian perubahan iklim perlu dilakukan dengan cepat dengan skala yang besar. Pasalnya, suhu global bisa lebih tinggi 1,5 derajat celsius dalam 20 tahun ke depan.
Wakil Ketua Kelompok Kerja I IPCC Valérie Masson-Delmotte menyampaikan, suhu bumi saat ini rata-rata telah naik 1,1 derajat celsius dibandingkan periode 1850-1900. Suhu global pun diperkirakan akan mencapai lebih dari 1,5 derajat celsius pada 2040.
Penilaian tersebut didasarkan pada kumpulan data terkait pengamatan pada perjalanan pemanasan global serta respons iklim terhadap emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.
”Kami sekarang memiliki gambaran yang lebih jelas tentang iklim masa lalu, sekarang, dan masa depan. Itu juga yang lebih penting untuk memahami apa yang akan terjadi, apa yang bisa dilakukan, dan bagaimana kita bisa bersiap,” terangnya.
Valérie mengungkapkan, perubahan iklim akan akan terjadi di seluruh wilayah di dunia. Namun, setiap wilayah bisa mengalami perubahan yang berbeda.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Bencana Iklim Mendatang akan Berdampak seperti Pandemi Covid-19
Pemanasan di wilayah daratan misalnya, akan lebih tinggi dari rata-rata global. Bahkan, di Kutub Utara bisa lebih tinggi dua kali lipat dari rata-rata global.
Apabila pemanasan global mencapai 1,5 derajat celsius, kondisi yang bisa terjadi antara lain peningkatan gelombang panas, musim panas yang lebih panjang, dan musim dingin yang lebih pendek.
Sementara jika pemanasan mencapai dua derajat celsius, kondisi panas ekstrem akan lebih sering terjadi di atas ambang batas toleransi kritis untuk pertanian dan kesehatan.
Efek rumah kaca
Wakil Ketua Kelompok Kerja I IPCC Panmao Zhai menambahkan, perubahan iklim akan memengaruhi pola curah hujan di seluruh wilayah di dunia.
Untuk menstabilkan iklim, Panmao mengatakan, membutuhkan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca yang kuat, cepat, dan berkelanjutan, serta mencapai nol emisi karbon dioksida.
"Selain itu, juga perlu membatasi gas rumah kaca dan polutan udara lainnya, terutama metana,” kata Panmao
Semua temuan tersebut sesuai dengan hasil laporan dari kelompok kerja pertama sebagai bagian dari penyusunan laporan penilaian keenam dari Panel Lintas Pemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) yang disampaikan secara daring pada 9 Agustus 2021. Menurut rencana, laporan tersebut akan selesai pada 2022.
Baca Juga: Peringatan BMKG Akibat Perubahan Iklim, Bencana Badai hingga Hilangnya Es di Puncak Jaya
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Kompas.id