Indonesia Pertimbangkan Suntikan Penguat atau Booster Vaksin Covid-19 untuk Publik Lebih Luas
Update corona | 28 Juli 2021, 00:15 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk memberikan suntikan tambahan vaksin Covid-19.
Hal ini tak terlepas dari sebuah penelitian menunjukkan antibodi yang diberikan oleh suntikan dua dosis itu memudar seiring waktu, seperti dikatakan seorang pejabat senior kementerian kesehatan, Selasa (27/7/2021).
Melansir The Straits Times, saat ini Indonesia menggunakan vaksin buatan Sinovac sebagai penggerak utama vaksinasi Covid-19.
Indonesia, yang telah menjadi episentrum Covid-19 Asia dengan rekor tertinggi infeksi dan kematian bulan ini, sangat bergantung pada vaksin Sinovac yang menyumbang lebih dari empat per lima dari 173 juta dosis pasokan vaksin yang diterima Indonesia sejauh ini.
Kekhawatiran tentang efektivitas vaksin meningkat beberapa pekan terakhir karena ratusan pekerja medis, yang sebagian besar sudah menjalani vaksinasi lengkap vaksin buatan Sinovac, berjatuhan meninggal karena Covid-19 sejak Juni.
Sebuah studi yang diterbitkan minggu ini menunjukkan antibodi yang dipicu oleh vaksin Sinovac menurun di bawah ambang batas utama pada sekitar enam bulan setelah suntikan dosis kedua di sebagian besar penerima, meskipun suntikan ketiga memiliki efek booster yang kuat.
Baca Juga: Satgas Covid-19 Ingatkan Masyarakat Tak Tambah Dosis Booster Sendiri Tanpa Pengawasan
Sementara para peneliti mengatakan tidak jelas bagaimana penurunan antibodi akan mempengaruhi efektivitas suntikan.
Pejabat senior kementerian kesehatan Dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan kepada Reuters seperti dikutip Straits Times bahwa penurunan tingkat antibodi masih cukup untuk memberikan perlindungan, berdasarkan data klinis dari Indonesia.
"Saat ini, dewan penasehat imunisasi merekomendasikan vaksinasi booster 12 bulan setelah dosis kedua," kata Siti Nadia seraya menambahkan pemerintah masih mempertimbangkan apakah suntikan booster harus sebanyak satu atau dua dosis.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/The Straits Times