Warga Toba Positif Covid-19 Dianiaya, Ketua DPR: Musuhi Virusnya, Bukan Orangnya
Politik | 25 Juli 2021, 13:49 WIBJAKARTA, KOMPAS TV - Seorang warga di Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatra Utara, menjadi korban penganiayaan usai terkonfirmasi positif Covid-19.
Menanggapi hal itu, Ketua DPR RI Puan Maharani menyayangkan aksi kekerasan yang terjadi tersebut. Terlebih, pemicunya karena kurangnya pemahaman masyarakat saat menangani pasien Covid-19.
“Segala bentuk tindakan kekerasan terhadap sesama warga masyarakat tidak bisa dibenarkan atas alasan apapun juga,” kata Puan dalam keterangan tertulis, Minggu (25/7/2021).
Baca Juga: Pasien Covid-19 Dianiaya Warga Toba karena Hendak Isoman
Politikus PDIP itu mengimbau agar masyarakat menggunakan cara-cara persuasif kepada pasien Covid-19 di lingkungannya, yang dinilai melanggar protokol kesehataan saat isolasi mandiri.
“Covid-19 ini yang kita musuhi adalah penyakitnya, virusnya, bukan orangnya!” ujarnya.
Menurut dia, mengucilkan seseorang yang mengidap virus corona saja itu diharamkan, karena Indonesia bisa menang melawan pandemi ini bila seluruh lapisan masyarakat bersatu padu.
“Pasien Covid-19 dikucilkan saja tidak boleh, apalagi mendapat kekerasan,” katanya.
Untuk mencegah kekerasan serupa terulang di tengah masyarakat, ia meminta agar aparat pemerintah daerah dan kepolisian setempat untuk terus memantau kondisi wilayahnya, terlebih jika masuk zona PPKM Level 4.
“Aparat di lapangan harus sedini mungkin mencegah terjadinya kekerasan antarsesama warga masyarakat. Covid-19 ini sudah cukup banyak memakan korban, jadi jangan sampai ada warga yang menjadi korban karena kekerasan di tengah pandemi ini,” ujar Puan.
Di sisi lain, pemerintah daerah setempat harus memfasilitasi warga pasien Covid-19 dengan tempat-tempat isolasi, sehingga penularan virus bisa terlokasir.
Baca Juga: Ketua DPR Minta Anggaran Covid-19 Juga untuk Lindungi Anak: Jangan Sampai Ada Lost Generation
“Pastikan warga pasien Covid-19 di tempat isolasi itu makannya cukup, obat dan vitaminnya cukup, dan dipantau terus perkembangnya. Toh anggaran daerah tersedia untuk penanggulangan Covid-19, pakai itu agar masyarakat merasakan negara hadir di tengah kondisi sulit ini,” ujarnya.
Mantan Menko PMK ini menyerukan gotong royong dan solidaritas sesama anak bangsa dalam menghadapi pandemi Covid-19, sebagaimana yang sudah terjadi di sejumlah daerah selama ini. Tindakan kekerasan bukanlah ciri bangsa kita.
“Kita ini bangsa yang welas asih, penuh kasih sayang. Welas asih kita tidak boleh sekecil virus yang kita kawan, tetapi harus sebesar harapan sesama saudara kita, tetangga kita, yang butuh pertolongan dan kesembuhan,” katanya.
Sebelumnya, Jhosua Lubis, keponakan warga tersebut menuturkan, masyarakat setempat memperlakukan pamannya seperti binatang.
Menurut Jhosua, peristiwa itu terjadi pada Kamis (22/7/2021). Penganiayaan itu bermula dari penolakan warga usai paman Joshua positif terpapar Covid-19.
"Awalnya karena tulang (paman/om) saya dinyatakan positif Covid-19. Kemudian isolasi mandiri di rumah, namun ada penolakan dari masyarakat setempat,” kata Joshua pada Sabtu (24/7/2021), dilansir dari Kompas.com.
Baca Juga: Wakil Ketua DPR Ajak Kelompok Oposisi untuk Bersama Lawan Covid-19
Warga setempat pun mengusir paman Jhosua dari kampungnya. Paman Jhosua pulang ke rumah karena ingin melakukan isolasi mandiri (isoman) sesuai anjuran dokter.
Saat hendak pulang, warga beramai-ramai menganiaya paman Jhosua dengan menggunakan kayu. Warga juga mengikat paman Jhosua.
"Paman saya diikat, diseret, dan dipukul masyarakat seperti binatang," ujar Jhosua.
Penulis : Fadel Prayoga Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV